Biaya Kegiatan: Orangtua [Rp. 130.000,-/hari dan Anak-anak [Rp. 120.000,-/hari; 3 kali makan, 2 kali snack, aula, kamar, ruang doa, lapangan outdoor

Sabtu, 06 September 2008

Spirit Moment 3

Sebagai langkah lanjutan dari Spirit Moment 1 dan 2, Civita Youth Camp akan kembali mengadakan Spirit Moment 3 dengan tema: “THE SENSE OF ART”


Mengapa “THE SENSE OF ART?”
Setelah SM 1 yang bertema “THE SOUL OF THE YOUTH” dan SM 2 yang bertema “THE LEADERSHIP MOMENT” SM 3 menghadirkan sebuah sisi kehidupan yang sangat inovatif yaitu SENI HIDUP “THE SENSE OF ART” dalam membina persaudaraan sebagai sesama OMK. Seni itu melampaui batas-batas yang kaku oleh situasi jarak, tidak kenal, beda pendapat, dan lain-lain. Justru, yang lebih meluap adalah semangat hidup bersama, mencari hal-hal yang sama, memperluas seni hidup dalam Kristus sebagai OMK.


Apa yang ada dalam “THE SENSE OF ART”
Ada dua hal yang akan dikembangkan dalam “THE SENSE OF ART” yaitu: heart fulfillment [pemenuhan hati] dan hug dynamics [dinamika menyatu].
1. Heart Fulfillment [pemenuhan hati] adalah sebuah metode yang mengarah pada sentuhan hati, mencoba merasa apa yang dirasakan oleh sesama, kendati jarang, tidak pernah bertemu.
2. HUG Dynamics [Heart – Ultimate – Gratitude] mengarahkan setiap peserta pada nilai-nilai tertinggi dan terbaik dalam hidup [appreciation of kindness].


Tujuan “SENSE OF ART”
1. Membangun kebersamaan yang cerdas dan cepat antar para peserta yang kemungkinan jarang bertemu atau tidak bertemu sama sekali.
2. Membangun komitmen-komitmen bersama dan dilakukan bersama tanpa kecuali. Sehingga setiap peserta memiliki bahasa yang sama dan tindakan yang sama untuk mencapai tujuan bersama.
3. Membangkitkan “seni” hidup dalam membuka komunikasi dua arah antar para peserta, agar tidak kaku dengan mencoba menjadi komunikator awal dalam setiap pertemuan.
4. Membangun persahabatan yang dalam agar rasa sebagai OMK melekat dan dihidupi bersama sekaligus membuat jembatan atas kegagapan yang ada.



Catatan:

1. Semua peserta harus mempersiapkan perlengkapan pakaian dan juga obat-obatan khusus yang perlu.
2. Semua peserta akan memiliki komitmen yang sama dalam melakukan setiap kegiatan. Maka, sangat diharapkan agar tujuan berkumpul bukanlah mejeng atau sejenisnya, sebab jika itu terjadi maka mending [maaf-maaf saja] mencari kegiatan lain.
3. Tetapi sangat dijamin, rekan-rekan muda pasti akan terperanjat dan terkagum-kagum dengan kegiatan ini. Sebab, setiap Spirit Moment akan berbeda metodenya.

LUSTRUM KE 7 CIVITA YOUTH CAMP






Setelah beberapa kali pertemuan panitia Lustrum ke 7 Civita Youth Camp, maka beberapa hal yang menjadi tiang-tiang kegiatan lustrum terdiri atas:
1. Acara Reuni yang akan diadakan pada bulan Januari 2009
2. Acara Baksos “Pengobatan Gratis” yang akan diadakan pada bulan Februari 2009
3. Acara Seminar Sehari yang akan diadakan pada bulan April 2009
4. Acara Rekreasi Karyawan Civita Youth Camp dan keluarga yang akan diadakan pada bulan Mei 2009
5. Acara Civita Football yang melibatkan anak-anak mudadi sekitar Civita yang direncanakan akan diselenggarakan pada bulan Mei 2009
6. Misa Syukur bersama Kardinal yang akan diadakan pada bulan Juni 2009 sekaligus sebagai puncak lustrum.

Beberapa hal lain yang sungguh sangat diperlukan dalam pembahasan setiap bagian kegiatan memungkinkan untuk mengundang beberapa orang yang sungguh mengerti permasalahan OMK dan kepedulian yang dalam untuk perkembangannya.

Panitia Lustrum juga sangat mengharapkan bantuan pemikiran dan berbagai hal yang perlu untuk membuat setiap kegiatan menjadi mutiara-mutiara yang bernas dan berguna untuk OMK dan perkembangan Civita Youth Camp pada khususnya.

Salam.



Senin, 25 Agustus 2008

Pelayanan Yang Berhati

Sumber: Kiriman dari seorang Teman


Panggilan hidup kita sebagai murid Yesus adalah untuk menjadi seperti Yesus, dari hari ke hari meneladan Sang Guru, yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Bukankah dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, kita memang seorang pelayan? Tapi pelayan yang sekaligus murid Yesus adalah pelayan yang “aneh” di mata dunia. Mengapa? Karena pelayan ini harus bebas dari segala keinginan yang sangat manusiawi: keinginan untuk dipuji, dihormati, dianggap penting, diakui prestasinya, dan disukai. Saat dunia menawarkan begitu banyak kemudahan pada orang-orang supaya dihormati, dianggap penting dan berprestasi, murid Yesus justru harus “mengubur” semua keinginan tersebut dan sebaliknya: siap untuk dikritik, dipersalahkan, dicemoohkan, dan disudutkan. Itulah tantangan yang dibentangkan Tuhan di hadapan kita: menyangkal semua sifat yang cukup melekat pada kemanusiaan kita!
Memurnikan motivasi pelayanan kita setiap hari memang tidak mudah. Kita harus selalu dan selalu menyangkal diri. Tpai bukankah itu memang syarat menjadi muridNya: menyangkal diri, memanggul salib, dan mengikuti-Nya? Dan lihatlah, di balik salib itu ada sukacita Paskah yang tentu akan menjadi milik kita juga, andai kita setia. Seraya bersyukur atas kesempatan yang Dia berikan kepada kita untuk menjadi pelayanNya, mari kita gunakan waktu hidup ini sebaik-baiknya. “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.” (Luk 17:10)
(taken from Bergema edisi April 2008)

Dibentuk untuk Melayani Allah
Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku
Ayub 10:8
Umat yang telah Kubentuk bagiKu akan memberitakan kemasyuranKu
Yesaya 43:21

Anda dibentuk untuk melayani Allah.
Allah telah merancang kita secara unik atau dapat dikatakan Dia membentuk kita untuk maksud tertentu atau untuk melakukan hal-hal tertentu. Seperti seorang arsitek yang akan merancang suatu bangunan, mereka pasti memikirkan terlebih dahulu untuk apa, fungsinya apa, bagaimana bentuk, dll. Allah pun melakukan hal yang sama pada saat Ia menciptakan kita, yaitu untuk melayani Allah, maka Ia membentuk kita.
Dalam Kitab Suci dikatakan “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik.” Kata puisi dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan “buatan” memiliki arti yang lebih dalam bukan suatu karya masal atau sembarangan tetapi adalah suatu masterpiece. Selayaknya puisi, dibuat dengan sungguh-sungguh, dicari tema, dipilih kata-kata yang tepat, kata-kata yang indah. Begitulah Allah membentuk kita sebagai masterpiece buatanNya.
Allah memakai kita untuk membentuk kita menjadi pelayan bagi sesama dan bagiNya. Kita tahu bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha segalanya, maka tentunya Ia tidak pernah memboroskan sesuatu ataupun mensia-siakan sesuatu, semua yang kita miliki (minat, talenta, kepribadian) diberikanNya agar digunakan untuk memuliakan namaNya. Seperti seorang guru yang menyuruh muridnya untuk mengikuti suatu kompetisi, tentunya murid-murid tersebut diberikan pelatihan khusus, latihan-latihan soal, dll. Allah kita pun tidak memberikan tugas pada kita dan membiarkan kita bekerja dengan tangan kosong, Dia memperlengakapi kita dengan apa yang kita butuhkan untuk melakukan tugas pelayanan kita. Dia memberikan kita SHAPE. Apa itu SHAPE? SHAPE adalah:
Spiritual Gift (karunia Roh)
Heart (hati)
Ability (kemampuan)
Personality (kepribadian)
Experience (pengalaman)

SHAPE: Membuka Karunia-Karunia Rohani Anda
Karunia-karunia Roh yang kita peroleh jangan pernah kita anggap hanya sebagai upah kerja kita, tetapi harus sungguh sebagai karunia. Karunia kasih Allah / anugerah Allah untuk kita. Ada sebuah cerita yang cukup membantu tentang apa Anugerah Allah itu…
Pertandingan Baseball

Tim Tuhan melawan tim Setan, tim Tuhan mendapat giliran memukul. Score masih kosong-kosong padahal waktu hampir berakhir. Pertandingan berlangsung ketat.

Pemain yang bernama “KASIH” mendapat giliran memukul bola dan berhasil mencapai perhentian (base) pertama, karena “KASIH” tak pernah gagal. Kemudian giliran “IMAN” yang juga berhasil, karena “IMAN” bersama-sama “KASIH”. Setelah itu, giliran “HIKMAT ALLAH” dan ia pun berhasil memukul bola dan lari ke ‘base’.

Namun ketiganya belumlah kembali ke homebase
Kemudian Tuhan pun mengatakan kepada Bob, ‘keluarkan pemain bintang kita.” Dan masuklah “ANUGERAH” ke lapangan untuk memukul bola.

Setan berkata “Tampangnya tak terlihat hebat.” Tim Setan meremehkannya.

Maka bola pun dilemparkan, “Buuukkkkkkkk! O la la, “ANUGERAH” memukul bola lebih keras dari pemain-pemain sebelumnya. “ANUGERAH” memukul bola dengan kerasnya sampai-sampai bola melambung tinggi sekali dan tak terjangkau oleh pemain tim Setan… sampai akhirnya…. ‘home run’ !!!

Tim Tuhan menang.

Kemudian Tuhan bertanya kepada Bob, sekiranya dia tahu mengapa IMAN, HIKMAT ALLAH dan KASIH dapat mencapai base, namun tidak dapat memenangkan game, dan malah ANUGERAH yang melakukan. Bob menggeleng tidak tahu.

Tuhan pun lalu menjelaskan, “Jika kasihmu, imanmu dan hikmat Allah yang ada padamu berhasil memenangkan pertandingan, maka kau akan berpikir bahwa itu semua karena hasil usahamu sendiri. Kasih, iman dan hikmat Allah mampu membawamu ke base, tetapi tidak mampun membawamu pulang (home run), hanya anugerahKU yang mampu melakukannya. Hanya anugerahKu yang tidak dapat iblis curi”.
(sumber internet)
“Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (Efesus 4:7). Karunia Roh yang kita terima tidak dapat kita pilih karena Allah yang menentukannya seperti dalam 1 Korintus 12:11 dikatakan “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya” dan karena Allah tidak suka kemonotonan maka tidak ada 1 karunia yang semua orang dapat dan tidak ada 1 orang yang mendapat semua karunia, karena salah satu tujuan Allah adalah agar kita saling mengasihi dan saling bergantung satu sama lain.
Karunia-karunia yang kita miliki harus kita gunakan, karena karunia kita bisa melengkapi orang lain. Maka jika tidak digunakan akan merugikan orang lain dan sebaliknya jika orang lain tidak menggunakan karunia mereka mungkin kita juga yang akan dirugikan. So share your spiritual gifts^^. Namun ketika kita lupa akan kebenaran-kebenaran dasar tentang karunia ini akan muncul masalah di dalam Gereja, yaitu kecemburuan karunia dan proyeksi karunia. Masalah pertama terjadi ketika kita membandingkan karunia kita dengan karunia orang lain, merasa tidak puas dengan apa yang Allah berikan kepada kita, dan menjadi marah atau iri atas cara Allah menggunakan orang lain. Masalah yang kedua terjadi ketika kita berharap orang lain memiliki karunia-karunia kita, melakukan aoa yang kita dipanggil untuk melakukan, dan merasa terbeban seperti halnya kita.
Kadang kala karunia-karunia rohani terlalu ditekankan sehingga mengabaikan faktor-faktor lain yang Allah gunakan untuk membentuk Anda bagi pelayanan. Karunia-karunia anda mengungkapkan satu kunci untuk menemukan kehendak Allah namun belum merupakan gambar keseluruhan. Allah juga membentuk kita dengan 4 cara lainnya.

SHAPE: Mendengarkan Hati Anda
“Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu” (Amsal 27:19). Hati adalah sumber segala motivasi kita. Hati menunjukkan keadaan sebenarnya Anda bukan menurut pikiran orang lain atau pun situasi. Hati yang menentukan apa yang kita katakan, kita rasa, tindakan kita, dll.
Hati memiliki kata lain yaitu hasrat, dalam kenyataannya ada beberapa hal dalam hidup kita yang kita memiliki hasrat lebih dan tidak, dan ini yang menunjukkan sifat hati anda. Misalnya dalam keluarga aku tidak ada yang mahir bermain alat musik, walaupun semua suka musik, tetapi kenapa aku ada ketertarikan akan bermain musik, mungkin ini adalah minat yang Allah berikan untukku, sebagai bekal untuk pelayananku. “jangan hanya dihadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap gati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Efesus 6:6,7). Allah ingin kita melayani karena kerinduan bukan karena kewajiban.
Mungkin ada diantara kita bertanya-tanya, lalu bagaimana kita tahu bahwa kita sudah melayani Allah dengan hati kita? Ada 2 ciri yang cukup kuat yang dapat membantu kita untuk mengingat kembali motivasi utama pelayanan kita, yaitu: Antusiasme dan keefektifan. Ketika kita melakukan apa yang kita sukai, tidak perlu seorang pun memotivasi kita atau menantang kita untuk melakukannya. Kita melakukannya karena kesenangan saja. Kita tidak membutuhkan penghargaan, tepuk tangan, bayaran, dll karena kita senang melayani dengan cara ini. Sebaliknya, jika kita tidak tulus terhadap apa yang kita lakukan maka kita akan mudah mengeluh, putus asa, dll. Karakteristik kedua adalah keefektifan. Kapan pun kita melakukan apa yang Allah tetapkan bagi kita untuk senang melakukannya, hasilnya pun akan baik adanya. Hasrat yang kuat membawa pada kesempurnaan. Jika kita tidak pernah peduli akan suatu tugas, kita tidak akan menonjol dalam tugas itu.
Orang-orang sukses adalah orang-orang yang bekerja dengan hasrat kuat bukan karena kewajiban /keuntungan. Orang paling kaya di dunia pernah berkata,” Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan, daripada banyak harta disertai kecemasan.” Janganlaj kita pernah puas dengan kehidupan yang baik, jika belum memiliki tujuan hidup, yaitu melayani Allah dengan mengekspresikan hati kita. Pikirkan apa yang senang kita lakukan (Allah yang memberikan) dan lakukan hal tersebut untuk kemuliaanNya.

SHAPE: Menerapkan Kemampuan-Kemampuan Anda
“dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, untuk berbuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak, dan tembaga; untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan.” (Keluaran 31:3-5). Hal tersebut yang Allah berikan pada kita semua saat ini. Semua kemampuan berasal dari Allah, lalu apa yang membedakannya dengan spiritual gift? Kemampuan yang kita miliki diberikan pada saat kelahiran kita, dan menjadi salah satu tanggung jawab Gereja: mengenali dan melepaskan kemampuan kita untuk melayani Allah.
Setiap kemampuan dapat dipakai untuk memuliakan Allah. Paulus pernah berkata,” Apa pun yang saudara lakukan, lakukanlah itu untuk memuliakan Allah.” Lalu bagaimana caranya? Ada 4 cara yang dapat kita lakukan, yaitu:
Sadari semua kemampuan kita berasal dari Allah.
Gunakan bisnis / pekerjaan kita untuk melayani kebutuhan orang lain dan menyampaikan iman kepada yang belum percaya.
Kembalikan 10% sebagai bentuk penyembahan.
Tetapkan tujuan bukan untuk membangun kekayaan tetapi membangun Kerajaan Allah.
Apa yang mampu kita kerjakan, Allah ingin kita kerjakan. Kemampuan yang kita miliki merupakan petunjuk kuat apa yang Allah ingin kita lakukan dalam hidup ini. Dia mencocokan panggilan kita dengan kemampuan kita, dan apa pun keahlian kita, kita harus bekerja untuk Gereja kita!

SHAPE: Menggunakan Kepribadian Anda
Allah menyukai keberagaman, maka tidak ada satu orang pun yang sama di dunia ini. Semua dibuat untuk menciptakan suatu kombinasi yang saling melengkapi, seperti ada orang yang ekstrovert ada yang introvert, ada seorang pemikir ada seorang perasa, ada yang cerewet ada yang pendiam, dll. “Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.” (1Korintus 12:6). Jika kita melihat lebih detil dalam Alkitab kita bisa melihat bahwa Petrus adalah seorang sanguin, Paulus kolerik, Yeremia seorang melankolik, maka bukanlah hal yang aneh jika terkadang muncul konflik di antara mereka.
Jika kita bertanya, mana kepribadian yang cocok untuk pelayanan maka jawabannya adalah tidak ada tempramen yang benar maupun salah dalam pelayanan, karena kita harus dapat menyeimbangkannya. Bayangkan apa jadinya dunia ini jika semua orang sama, bosan tentunya. Kepribadian kita mempengaruhi bagaimana dan di mana kita menggunakan karunia-karunia rohani dan kemampuan kita. Jika kita dipaksa untuk melayani dengan cara yang tidak cocok dengan kepribadian kita akan muncul ketegangan, ketidaknyamanan, membutuhkan tenaga ekstra, dan hasil yang kurang dari yang terbaik. Maka hendaklah kita jangan suka meniru pelayanan orang lain karena suguh tidak akan pernah berhasil karena you are you bukan dia. Kita boleh meneladani orang lain, tapi harus disaring sesuai dengan SHAPE kita masing-masing. Ketika kita melayani sesuai kepribadian yang Allah berikan kepada kita, kita akan mengalami kepenuhan, kepuasan, dan buah.

SHAPE: Memanfaatkan Pengalaman-Pengalaman Anda
Allah memberikan kita pencobaan-pencobaan, karena Ia mengijinkan pengalaman-pengalaman yang akan kita miliki untuk membentuk kita. C.S Lewis pernah berkata,” Penderitaan adalah megafon Allah.” Setidaknya ada 6 jenis pengalaman dari masa lalu, yang dapat kita manfaatkan:
Pengalaman-pengalaman keluarga: Apa yang kita pelajari ketika bertumbuh di keluarga kita?
Pengalaman-pengalaman pendidikan: Pelajaran-pelajaran apa yang paling kita sukai di sekolah?
Pengalaman-pengalaman pekerjaan: Dalam pekerjaan-pekerjaan apa kita paling efektif dan paling nikmati?
Pengalaman-pengalaman rohani: Waktu manakah yang merupakan waktu-waktu kita yang paling berarti bersama Allah?
Pengalaman-pengalaman pelayanan: Bagaimana kita melayani Allah pada masa lalu?
Pengalaman-pengalaman yang menyakitkan: Dari masalah-masalah, luka hati, penderitaan, dan pencobaan apakah kita telah belajar?
Memanfaatkan pengalaman adalah kategori terakhir yang paling Allah gunakan untuk menyiapkan kita untuk pelayanan. Pelayanan terbesar kita mungkin berasal dari luka batin terbesar kita. Dalam Korintus ada dikatakan,”Ia menguatkan batin kami dalam setiap kesukaran yang kami alami, suapaya dengan kekuatan yang kami terima dari Allah itu, kami pun dapat menguatkan batin semua orang yang dalam kesusahan.” Seorang mantan pecandu narkoba, akan lebih mudah membantu orang-orang yang ingin berhenti dari narkoba, dibandingkan dengan kita yang tidak pernah mengetahui sama sekali.
Jik kita benar-benar rindu untuk dipakai Allah maka pengalaman paling gelap dan kelam itu harus digunakan untuk pelayanan kita. Kita harus mau bersedia untuk share dan berhenti untuk menutup-nutupinya, jujur jika salah, akui kegagalan, dan ketakutan kita. Dalam 2 Korintus 1:8-10 dikatakan “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,” pada ayat ke-10 jadi teringat akan 5 batu yang Dauh gunakan, di mana salah satunya adalah batu masa lalu, kita harus seperti Daud yang memiliki kepercayaan yang begitu besar kepada Allah kita. Aldous Huxley berkata,”Pengalaman bukanlah apa yang terjadi pada kita tetapi apa yang kita lakukan dengan apa yang terjadi pada kita,” dan ingatlah selalu untuk menggunakannya sebagai pelayanan kita. Romo Eddy pernah berkata jika kita menghadapi suatu masalah besar, jangan lari karena masalah itu begitu besar but think the opposite masalah ini begitu besar, sayang jika ditinggalkan and just believe that our Father knows the BEST for us.
(taken from “Purpose of Driven Life” Rick Warren Day 30 and 31)

Senin, 07 Juli 2008

Spirit Moment 2:

SAAT MUDA MENJADI PILIHAN
By. DS. Oll. Yarman Zb.


Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. [I Korintus 13:11]

Segala sesuatu ada waktunya. Inilah ucapan yang sangat terkenal dari seorang bijak dalam pengkhotbah yang mampu menangkap setiap kesempatan dan menjadikannya tidak sia-sia. Saat muda pun merupakan kesempatan untuk menjadikan hidup ini lebih bermakna dan menjadi berkat untuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Namun, selalu ada miss link yang menjadikan setiap kesempatan berubah menjadi keengganan untuk berbuat lebih dan menjadikannya lebih menarik. Miss link tersebut bisa saja seperti kesadaran religiusitas orang muda yang mengarah pada hal-hal yang instant - tidak masuk dalam kedalaman, menginginkan hal yang menarik tetapi mudah patah arang, pesimis dan enggan menjadi perintis, enggan untuk berkorban, enggan untuk keluar dari lingkaran diri yang sudah mereka bentuk sendiri. Lingkaran diri inilah yang akhirnya mengontrol setiap tindakan orang muda yang berujung pada memproduksi asumsi-asumsi bahkan membuat benteng diri sendiri. Lingkaran diri ini terlontar dari setiap kata-kata orang muda ”ah, masa bergabung sama anak-anak SMP sih?”, malu ah, saya biasanya jadi fasilitator sekarang kog jadi peserta?”. Begitu banyak kata-kata ini yang sadar atau tidak membuat orang muda mandeg untuk bergabung, bersikap lugas, dan akhirnya mengambil jarak. Pernyataan ini bukanlah narasi semata. Civita Youth Camp kembali mengadakan kegiatan Spirit Moment 2 pada 28-29 Juni 2008. Kegiatan ini diarahkan pada bagaimana mengarahkan diri pada hal-hal positif dan bisa menjadi leader untuk rekan-rekan muda lainnya.



Menjadi Pribadi Positif
Jatuh bangun merupakan warna hidup kita. Namun, ada kecenderungan saat kita jatuh kita buru-buru berprasangka negatif akan apapun yang ada di luar diri kita. Kita secara tidak sadar mengarahkan diri kita pada benteng yang mengharuskan diri kita benar dan orang lain yang salah. Kita berkutat pada menyalahkan orang lain dan bukannya bangkit dari kejatuhan kita. Selalu ada alasan untuk menyalahkan bagi mereka yang enggan untuk mengubah diri tetapi selalu ada jalan bagi mereka yang mencoba menemukan hal-hal yang baru. Menjadi pribadi positif ini diuraikan secara lugas dan menarik oleh Bapak Carolus Veriyadi S., seorang Staf Pengurangan Dampak Penggunaan Jarum Suntik [Harm Reduction] PKBI DKI Jakarta yang juga aktif sebagai Trainer terutama tentang NAPZA dan HIV-AIDS.

Mas Very – begitu sapaan akrabnya, yang menyampaikan tentang The Positive Power mengatakan bahwa orang muda jika ngumpul ga ribut berarti ga ngumpul. Semua hal yang ada di dalam diri orang muda seharusnya diarahkan pada inovasi sikap, gaya, reflektivitas, impian dan harapan, dan apapun yang ada dalam benak orang muda. Menjadi pribadi yang positif, akan bertolak dari persepsi yang kita pergunakan dalam menyingkapi segala persoalan. Ia mendasarkan kenyataan ini pada pernyataan John C. Maxwell ”Mereka yang berpikiran negatif akan menghadapi kekecewaan di masa depan”. Jika kita melihat segala yang kita alami dari persepsi diri kita sendiri sering akan mengalami kebuntuan. Hal ini sejalan dengan filosofi Spirit Moment sendiri yang disadur dari filsafat hati Blaise Pascal: ”hati bisa mengerti banyak hal yang tidak dimengerti oleh otak”. Sebab, dalam pengalaman hidup kita selalu ada alasan untuk berpikir negatif maupun berpikir positif. Dan hal inilah yang kerap menyetir kita pada tindakan yang enggan untuk berubah bahkan cenderung menyalahkan orang luar. Sehingga, kita membuat ukuran-ukuran kita sendiri yang belum tentu sama dengan ukuran orang lain. Ukuran seberapa baik saya menjadi sahabat adalah seberapa besar usaha saya untuk menjadi lebih baik, bukan seberapa sering saya mengharapkan sahabat saya untuk menjadi lebih baik.

Untuk mencari sahabat, melakukan sesuatu, mengimpikan sesuatu jika selalu bertolak dari ukuran yang kita buat ada kemungkinan akan berbenturan dengan hal-hal yang lain. Dalam The Positive Power ini, mas Very menyampaikan 3 [tiga] hal utama dalam menjadi pribadi yang positif yakni: Positive Thinking, Positive Feeling, dan Positive Action. Ketiga kekuatan positif ini tentunya berjalan beriringan dan saling melengkapi. Mother Theresa sempat mengungkapkan satu kalimat pendek ini: “The miracle is not that we do this work, but that we are happy to do it”. Senang merupakan salah satu kekuatan positif tersebut. Kita tidak perlu mencarinya jauh-jauh. Ia bisa muncul tatkala kita mengarahkan diri kita sendiri untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat bukan hanya untuk diri kita sendiri. ”Berpikir, merasa, dan bertindak positif akan melahirkan kekuatan positif yang berlipat ganda,” begitu perkataan penutup dari Mas Very.

Pengalaman Menjadi Nyata
Menjadi tua itu pasti, menjadi muda itu pilihan. Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Dari berbagai pengalaman dan kenyataan menyatakan bahwa OMK khususnya masih berada dalam pencarian warna dan identitas rumah [kekatolikkan] mereka sendiri. Di antara kebingungan-kebingungan kelompok-kelompok orang muda untuk mencari identitas ini, terselib sebuah kewalahan dari pihak para pastor paroki untuk mewadahi dan menuntun OMK menuju citra katolik yang lebih baik. Lagi-lagi, hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwa orang-orang muda Katolik mudah terbawa pada sesuatu yang lebih menarik di luar katolik sendiri dengan berbagai dalih yang menjadi asumsi buat diri sendiri. Dalih atau asumsi-asumsi tersebut bukan juga tidak beralasan dengan melihat bahwa persaudaraan di antara OMK masih dalam taraf coba-coba.

Bukan mata ini nyata. Sebuah slogan acara di salah satu TV swasta akan membawa kita pada saat dimana kita harus benar-benar menerima kenyataan bahwa OMK masih memupuk gap antara satu dengan yang lain. Satu bukti yang sangat nyata dan kelihatan pada acara Spirit Moment 2, Civita Youth Camp, masih adanya rasa tidak bisa bersama. Alasan yang sangat tidak berdasar kuat yang sering terjadi adalah masalah umur. OMK yang merasa diri sudah cukup berumur sering enggan untuk bergabung dengan OMK yang masih muda [usia SMP dan SMA]. Pertanyaannya: ”Apakah hal ini sungguh menjadi alasan?”. Menurut hemat saya, bukanlah umur yang membuat kita enggan untuk bersama dalam setiap kegiatan. Tetapi benteng asumsi yang sudah kita ciptakan sendiri dari awal. Jika kita memperhatikan lebih cermat lagi, di bagian awal tulisan ini, sangat sengaja petikkan dari I Korintus 13:11 dijadikan sebagai awal pembuka cakrawala untuk kita pikirkan bersama.

Dalam diri, kita sering menyembunyikan Flexibility Passion [gairah untuk fleksibel]. OMK kurang cerdas menempatkan diri pada moment-moment yang berbeda. Di antara rekan-rekan sebaya, OMK bisa melakukan apa saja dengan sangat fun, tetapi akan sangat berbeda jika mereka bergabung dengan rekan-rekan yang lebih muda. Santo Paulus mengatakan ” Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu”. Meninggalkan sifat kanak-kanak bukanlah bahwa saya tidak bisa bersikap seperti kanak-kanak jika saya berhadapan dengan kanak-kanak. Di sini ada sebuah fleksibilitas yang mengarahkan kita untuk justru semakin mengerti bagaimana caranya menempatkan diri di tempat yang berbeda. Rekan-rekan OMK yang berkarya di bagian Bina Iman Anak atau Remaja sangat mengerti bahwa jika mereka tidak bisa menarik perhatian teman-teman muda ini, apapun yang mereka hendak lakukan tidak bisa menyapa secara lebih dalam. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka bersikap sebagaimana rekan-rekan muda tersebut berbuat. Sebab dengan demikian, mereka bisa memenangkan semakin banyak orang muda. Tindakan dan pengalaman seperti ini yang seharusnya semakin nyata dalam hidup bersama kita sebagai OMK.

Menjadi Pribadi Perintis
Kegiatan Spirit Moment 2 ini, sebagian besar dilakukan di luar ruangan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan tidak membosankan rekan-rekan muda. Welcoming Games diciptakan sebagai jembatan yang menghantar rekan-rekan muda pada satu nilai yang paling dasar bahwa untuk mencapai satu tujuan, kita harus melewati jalan-jalan tertentu yang bisa saja menghempaskan kita. tetapi persoalannya bukan pada berapa banyak kita terhempas melainkan berapa banyak kita bangkit dari keterhempasan yang kita alami. Outdoor Activities yang dilakukan dalam kegiatan ini menjadi lanjutan dari welcoming games dan ceramah tentang The Positive Power. Dari seluruh kegiatan ini, team mencoba melihat kembali “sejauhmana rekan-rekan muda yang terdiri dari beberapa paroki ini, mampu menciptakan hal-hal yang baru dalam setiap kegiatan”. Satu hal yang selalu terbaca dengan kasat mata bahwa OMK cenderung berkumpul dengan rekan-rekan yang sudah mereka kenal sehingga kelihatan ada blok-blok kecil. Namun, dalam proses kegiatan yang berlangsung dalam Spirit Moment 2, blok-blok ini semakin mencair dan bersatu.

Gambaran ini hanyalah segelintir dari sekian banyak warna dalam diri OMK. Jika kita melihat lebih jauh, banyak di antara rekan-rekan muda yang sangat susah untuk memulai pembicaraan dengan rekan-rekan yang baru mereka kenal, kendati rekan tersebut ada di depan mata. Sungguh tidak mengherankan jika OMK secara personal masuk di dalam Gereja, tidak ada yang menyapa. Akibatnya mereka merasa sendirian, tidak ada teman, tidak juga berani memulai pembicaraan. Hal inilah yang akan tetap menjadi perhatian kita bersama.

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak OMK yang berani memilih jalan untuk melayani OMK itu sendiri. Mereka menjadi perintis-perintis yang tidak henti-hentinya menjadi penggerak OMK. Dan siapapun seharusnya bisa seperti mereka menjadi pribadi-pribadi perintis. Sangat tidak mudah memang. Rm. Herry Wijayanto, SJ sebagai Direktur Civita Youth Camp menuliskan email dari Brisbane, Australia ketika kegiatan Spirit Moment 2 ini selesai. “Saya senang acara civita dapat berjalan lancar dan bisa membentuk kesadaran baru. Membuat acara untuk anak muda itu tidak mudah… tidak hanya disuap…tidak hanya bisa mengkritik…bahkan bisa sampai mengeluarkan keringat dan air mata….” OMK penuh dengan dinamika, keinginan dan harapan. Mereka adalah masa depan Geraja. Ini slogan yang selalu didengungkan an tanggungjawab kita untuk mewujudkannya.

Jalan Keluar dari Positive Power
People do not care how much you know till they know how much you care [John C. Maxwell] memperlihatkan satu hal yang harus kita nyatakan bersama. Tunjukkanlah kepedulian anda maka orang-orang di sekitar anda akan peduli dengan ada. Sangat sederhana bukan? Apa yang ingin orang lain perbuat pada kita, lakukan hal yang demikian juga pada orang lain. Kitab Suci sudah menuliskan hal sederhana ini, hanya kerap kita melupakannya begitu saja oleh karena persoalan yang kita hadapi setiap saat. Jalan-jalan sederhana ini, diungkap kembali dalam The Positive Power, yaitu:
[1] jika anda sedang mengalami satu persoalan, berpikirlah dari berbagai sudut,
[2] tidak melakukan judgement,
[3] ada nilai positif dalam segala hal,
[4] bangkitkan rasa empati, ikhlas, dan cinta dalam diri kita.
Dari jalan sederhana ini, kita akan terarah pada tindakan positif. Sebab ingatlah satu hal, untuk mencari 100 orang sahabat mulailah dengan berteman dengan 1 orang. Tetapi sebaliknya, untuk mendapatkan 100 orang musuh, kita cukup memusuhi 1 orang. Mana yang akan kita pilih?

Kegiatan Spirit Moment 2 ini ditutup dengan Misa Bersama yang dipimpin oleh Romo Antoro, SCY, Pastor Pembantu di Paroki St. Stefanus, Cilandak yang bertepatan dengan Hari Raya Rasul Petrus dan Paulus. Rm. Antoro, dalam homilinya, mengatakan “seharusnya OMK meneladani pelayanan Rasul Petrus dan Paulus yang selalu giat mewartakan kabar sukacita, berjalan tanpa kasut, tidak mengenal lelah. OMK jangan sedikit-sedikit saja menghadapi halangan langsung mundur dan tidak mau bangkit lagi”.

Seorang bijak mengatakan waktu terbaik pertama untuk menanam pohon kelapa adalah sepuluh tahun yang lalu. Waktu terbaik kedua adalah saat ini. Maka, rekan-rekan muda, marilah kita menjadi pribadi perintis dan pribadi yang positif mulai dari saat ini. You can do something to make a change, sekecil apapun![]

Rabu, 02 Juli 2008

PAX IN CHRISTI




Telah meninggal Sdr. Marselinus Budi Prasetyo [Mas Budi] 38 tahun adik Romo Herry Wijayanto, SJ, pada tanggal 30 Juni 2008 22.30 WIB di Rumah Sakit Panti Rapih [PR] Yogyakarta. Meninggalkan 1 orang anak [4 tahun] dan Istri tercinta Mbak Lusi. Sebelum masuk PR Mas Budi RSU TIDAR Magelang [tidak mendapat tempat] kemudian dipindahkan ke RSU Muntilan langsung masuk ICU dengan kondisi tidak baik. Kondisi yang dialami suhu panas, sulit bernafas, detak jantung tidak beraturan, tidak bisa tidur. Almarhum tatkala mengalami kondisi ini sedang mengantar keluarga liburan di Magelang. Ia dimakamkan kira-kira pukul 13.00 WIB tanggal 1 Juli 2008 di Borobudur dekat keluarga Istrinya.

Rabu, 18 Juni 2008

Ekaristi Emaus Sahabat Muda [EMSAM]

by: DS Ollyn Zb



Pengantar

Kepedulian terhadap jiwa orang muda yang menginginkan tempat, ekspresi dan kreasi mendorong kita untuk menciptakan sesuatu yang fresh dalam konteks Perayaan Ekaristi dengan tetap memperhatikan kaidah: tanda, kata dan tindakan yang resmi sekaligus tetap menjiwai sisi terdalam Ekaristi yakni pemuliaan [glorify] Allah dan pengundusan [sanctify] manusia oleh Allah.

Dengan memperhatikan kerinduan ini, maka dibuatlah format Ekaristi Emaus Sahabat Muda yang lebih lanjut akan disebut EMSAM. Disebut EMSAM karena terlahir dari perjalanan orang muda yang dinamis sebagaimana peristiwa emaus yang memperlihatkan gambaran orang-orang yang mengalami kehadiran Allah di tengah perjalanan dan sekaligus di tengah pertanyaan-pertanyaan akan kasih Allah.

Sangatlah bisa dipahami jika orang-orang muda merasa kurang tertarik dengan gaya Ekaristi yang biasa dilakukan. Hal ini terjadi bukan karena format Ekaristi yang sangat konstitusional atau gaya homili yang bervariasi [tergantung Persona Christi- nya] melainkan oleh perubahan aura zaman [interese zaman] dan pemahaman yang tidak mendalam akan Ekaristi sebagai puncak perayaan iman orang Katolik. Sehingga sangat tidak mengherankan lagi jika pada saat Perayaan Ekaristi akan terlihat berbagai kesibukkan yang berbeda. Jika anda pernah mengikuti Perayaan Ekaristi dan di belakang, depan, atau samping anda ada orang-orang yang begitu asyik ngobrol seperti di mall atau bermain handphone dan seakan tidak memperdulikan bahwa orang lain akan terganggu oleh sikap mereka. Dan sangat bisa dipahami jika mereka pulang tidak menemukan apa-apa dan lama kelamaan mereka boring, itu-itu saja, tidak ada yang berbeda. Akibat yang paling jauh adalah mereka mulai menjauhi Gereja dengan dalih yang mempersalahkan struktur, gaya, sikap-sikap faktor eksternal dan bukan melihat pada keterlibatan diri mereka sendiri pada perayaan dan iman.

Aura zaman atau interese zaman memang telah berubah. Diam, tenang, mendengarkan, mengikuti, menyelami, masuk ke dalam hati dan banyak sisi terdalam lainnya sangat susah untuk disentuh. Sebab zaman menawarkan „yang berkeriapan“, berubah, dan harus dikejar. Hal ini memperlihatkan adanya motion [mobilisasi] yang sangat tinggi sehingga untuk menjadi tenang dan diam sangat menakutkan. Buktinya: sekian banyak orang-orang muda yang tidak bisa lepas dari yang hingar-bingar, handphone, mp3, mp4, internet, shoping, mall, dan pesona konsumerisme lainnya.

Maka, mungkin dengan membaca narasi gaya hidup orang muda ini, pemahaman adalah jalan yang pertama dan menemani ekspresi dan beban psikologis merupakan langkah lanjutannya. Jiwa Ekaristi sebagai puncak perayaan iman jangan sampai tidak menggema dan senyap.

Perayaan Puncak: Ekaristi

Perayaan Ekaristi bukanlah ajang menarik-tidak menarik atau dikomentari karena kita tidak menemukan yang kita inginkan pada akhirnya. Perayaan Ekaristi adalah pancaran pertemuan manusia dengan Tuhan pada sisi yang sangat spiritual. Jika seseorang masuk dalam Perayaan Ekaristi dan tidak mengangkat sisi spiritual yang ada dalam dirinya untuk bertemu dengan Allah, maka pertemuan tidak akan pernah terasa lebih dalam. Kenapa? Karena Allah yang spiritual hanya akan bertemu dengan manusia yang spiritual. Dan hal ini bukan mengawang-ngawang. Karena sesungguhnya manusia memiliki sisi spiritual yang dalam, hanya kerap tertekan oleh keinginan yang memanipulasi sisi terdalam ini. Jika anda pernah merasa begitu tenang tetapi tiba-tiba berubah hanya karena ada telpon atau orang yang menyapa anda dengan ekspresi yang tidak menyenangkan dan kemudian disposisi hati anda berubah, inilah tandanya.

Sangat tidak mengherankan bahwa ada orang-orang yang begitu menghayati Ekaristi dan menemukan kekuatan di dalamnya dan ada orang-orang yang sebaliknya. Orang-orang yang begitu menghayati itu melibatkan segenap sisi spiritualitasnya untuk bertemu dengan Allah yang spiritual. Sehingga mereka mampu mengalami dan membagikan Allah dalam cara-cara yang sederhana. Anda tidak akan mungkin bertemu dengan Allah yang spiritual jika anda mengedepankan sisi manusiawi anda yang sangat lahiriah. Sisi yang sangat lahiriah itu adalah keinginan anda untuk menemukan Allah tetapi cara yang tidak tepat atau menjadikan Ekaristi sebagai rutinitas, ajang mencari dan menemukan orang, tempat janjian, dan lain sebagainya.

Sisi spiritual harus bertemu dengan sisi spiritual. Dalam analogi lain yang sangat sederhana. Jika anda berbicara dengan siapapun dan mereka tidak menjawab anda dengan alur harapan anda, anda pasti akan bereaksi berbeda. Akibatnya adalah anda mungkin akan berbicara lebih baik atau mengubah sikap anda sesuai dengan daya pemahaman orang yang anda hadapi. Jika tidak maka misunderstanding sudah jelas menjadi ujungnya. Atau pernahkah anda menyadari ”mengapa orang marah cenderung berteriak untuk menyampaikan sesuatu atau dengan ekspresi yang berubah?” karena hati sudah tidak searah, menjauh, tidak saling mengerti dan tidak saling menyapa!

Ini yang akan terjadi tatkala sisi spiritual anda tidak keluar, terangkat dan mengarah untuk menyambut Allah yang spiritual dalam Perayaan Ekaristi. Lagi-lagi, hal ini tidaklah mengawang-ngawang.

Maka, ada sesuatu yang harus diarahkan lebih dari diri kita untuk bertemu dengan Allah dalam Perayaan Ekaristi. Sebab, jika kita masih menggunakan kebiasaan lama pada saat perayaan, maka kita sebagai peraya dalam undangan perjamuan ilahi tidak akan menghidupi apa-apa selain kekeringan dan rutinitas. Mungkinkah anda masih mempertanyakan ”apakah kebiasaan lama itu?” untuk menjawabnya, cobalah perhatikan orang-orang tertentu yang datang pada Perayaan Ekaristi dan apa yang mereka lakukan. Kemudian sapalah mereka, jika selama ini anda tidak biasa dan bisa memulai untuk menyapa lebih duluan.

Perayaan Ekaristi sebagai Puncak Perayaan Iman tidak akan pernah terasa berbeda jika kita sebagai peraya tidak pernah mengubah cara kita berbicara dan bertemu dengan Allah yang spiritual.

Emaus Sahabat Muda

Emaus Sahabat Muda merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan oleh orang-orang muda secara bersama-sama dalam menemukan iman sejati akan Allah. Dalam perjalanan itu, mungkin saja orang muda tidak/kurang menyadari kehadiran Allah dalam setiap detik hidup mereka. Mungkin saja orang muda menyangkal kebersamaan hidup dengan Allah karena tidak bisa menalar. Mungkin saja orang muda merasa Allah begitu jauh dari hidup mereka oleh karena setiap pengalaman terpuruk yang mereka alami. Seakan tidak ada jawaban atas permasalahan kehidupan mereka.

Dalam keseluruhan permasalahan hidup itu, satu pertanyaan yang harus kita jawab dengan memasuki batin dan dalam keheningan terdalam hidup ini. ”Apakah kita bisa melalui semua itu hanya oleh kekuatan kita sendiri?” jika anda terbelalak dan kemudian menyadari bahwa segala persoalan hidup yang terjadi tersingkapi satu demi satu oleh karena kemurahan ilahi melalui orang-orang yang ada di sekitar anda, maka seharusnya anda mengerti bahwa Allah berkarya dalam hidup anda. Sebab tidak ada sehelai rambut pun yang akan tercabut dan jatuh tanpa sepengetahuan Allah.

Maka, silahkan anda berlari dari hadapan Allah bahkan melukai hidup anda karena ”merasa” Allah jauh dari hidup anda, tetapi ketahuilah Allah akan menarik anda pada saat yang Ia kehendaki buat anda. Ini hanyalah segelintir gambaran perjalanan [emaus] orang-orang muda. Masih banyak kisah yang seakan mencabut hidup secara paksa dari raga kita. Tetapi itu bukanlah pertanda bahwa Allah ”tidak ada” dalam hidup kita, melainkan justru supaya kita semakin dekat untuk mencari Allah yang ”tidak ada” itu.

Dalam perjalanan hidup itu, tidak bisa kita sangkal bahwa ada banyak orang yang terlibat dalam hidup kita. Mereka itulah sahabat-sahabat yang hidup dan peduli akan kehidupan kita. Dari mereka kita belajar, mengerti dan mengalami hidup. Maka, EMSAM menghadirkan semua unsur-unsur di atas dan menyatukannya dengan perjalanan hidup ilahi, Yesus Kristus sang Penyelamat. Pengenangan, menghadirkan, dan menyatukan hidup kita dengan Allah dalam Perayaan Ekaristi merupakan jalan menuju keselamatan abadi bersama Allah.


Skema Ekaristi Emaus Sahabat Muda

EMSAM secara keseluruhan akan memperlihatkan sebuah perjalanan yang menunjukkan dinamika hidup peraya. Dan untuk merasuk lebih dalam menuju kesatuan dengan Allah maka lagu-lagu dan alat musik yang dipergunakan sangat menentukan dalam membangun sebuah situasi yang kondusif. Seharusnya alat-alat musik daerah seperti gendang, tifa, dan lain-lain akan sangat bagus untuk membangkitkan sisi ini bukannya drumband yang cenderung meng-crash [menabrak] situasi. Dengan demikian, kita juga mengangkat aspek inkulturasi dengan alat-alat musik itu dan membangkitkan jiwa kita sebagai peraya di suatu tempat.

...............................................skema inconceptio.................................................................................

Senin, 16 Juni 2008

METAMORFOSIS: CIVITA YOUTH CAMP




Jangan terkejut dengan judul tulisan di atas. Judul ini hanyalah sebuah metaphor yang memperlihatkan adanya sebuah perkembangan secara internal dan eksternal yang dipacu oleh berbagai kepentingan untuk menuju pada fokus sekaligus menubuhkan fokus tersebut dalam berbagai tindakan nyata.

Fokus itu adalah Civita dan perkembangannya. Dengan kata lain Qou Vadis Civita? Setelah hampir 35 tahun Civita Youth Camp berkarya di Keuskupan Agung Jakarta dengan segala perkembangan dan keprihatinan akan relevansinya untuk mendukung kegiatan Orang Muda Katolik [OMK] dan orang-orang muda pada umumnya.

Menggeliatnya zaman dan berkelindannya dinamika OMK yang berhadapan dengan situasi di sekitar kita, menjadi ruang tersendiri yang harus diakomodasi, diberi tempat, dan ditemani. Jangan sampai OMK itu menjadi betah di tempat lain dibanding dengan rumahnya sendiri [Catholic as Our Home], mungkin dengan alasan karena mereka lebih diberi tempat dan diterima di tempat lain tersebut. Tempat lain dalam hal ini adalah ketertarikan, kepentingan, kepedulian, perhatian yang bisa ditangkap dan dimiliki dari ruang di luar Katolik. Kenyataan ini bukan hendak menutup mata bahwa kenyataan itu ada atau berkehendak menghindari kenyataan, tetapi justru hendak menjawab permasalahan akan mengapa OMK tidak begitu tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Katolik.

Menggali kembali Katolisitas secara lebih dalam merupakan fokus di dalam perkembangan yang akan dilakukan oleh Civita Youth Camp ke depan. Segelintir dari fokus inilah yang menjadi bahan pembicaraan dalam dua kali pertemuan yang dilakukan oleh beberapa orang yang menjadi pelopor lustrum ke 7 Civita Youth Camp. Pertemuan pertama dilaksanakan di Civita Youth Camp pada hari Sabtu, 7 Juni 2008 yang dihadiri oleh Rm Herry Wijayanto, SJ selaku Direktur Civita Youth Camp, Tony Sardjono, J. Eddie CP, F. Srie P, Mario, Yanti Carolina, dan Ollyn. Pembahasan ini dilanjutkan lagi pada pertemuan kedua di Paroki St. Stefanus, Cilandak yang dihadiri oleh Rm. Herry Wijayanto, SJ; Tony Sardjono; J. Eddie CP; F. Srie P; Maria Dyah K; Danang K; Sr. Emma, CB; Yanti Carolina dan Ollyn.

Pada pertemuan kedua ini mencul berbagai keprihatinan dari pastor-pastor paroki dalam menangani OMK di paroki-paroki. Keprihatinan-keprihatinan ini terungkap lewat uraian Rm. Herry, SJ dalam rapat dari hasil pembahasan dalam TEPAS yang dilaksanakan di Vila Renata, Puncak. TEPAS ini menfokuskan diri pada OMK. Sehingga beberapa rencana Civita ke depan akan mengarahkan diri pada OMK secara lebih khusus untuk masuk lebih dalam menuju nilai-nilai katolisitas yang lebih dalam dan berbuah melimpah.

OMK dan gerakan Civita ke depan tidak akan pernah terpisah jauh. Dalam konteks rapat pemerhati dan pelopor lustrum ke 7 Civita ini, selain membahas tentang lustrum Civita tetapi juga menguraikan perhatian yang begitu besar pada OMK. Pembahasan tersebut masuk dalam hal-hal konkret seperti pembagian tugas dalam membangun kerangka panitia lustrum ke 7 Civita sekaligus memikirkan, merancang kepedulian-kepedulian terhadap OMK.

Nantikan pertemuan selanjutnya pada 5 Juli 2008. SALAM DAMAI.

Senin, 09 Juni 2008

Para Crossiers: Ordo Sanctae Crucis



Jubah yang melambai Hitam dan Putih dengan dada yang dibalut Salib Suci, para frater OSC dari Bandung meluangkan waktu untuk mengadakan retret di Civita Youth Camp dibawah bimbingan Romo Herry Wijayanto, SJ. Terbersit kegembiraan terluapkan ketenangan. Canda yang menghiasi hidup keseharian sudah menjadi warna tersendiri dan tidak pernah terpisah. Retret yang dilaksanakan dari tanggal 2-7 Juni 2008 membawa para frater OSC masuk dalam persahabatan yang bukan hanya dalam kata-kata, utaian dalam regula dan konstitusi tetapi menghidupinya dalam keseharian yang nyata.

Sangat menarik memang, sampai-sampai para frater ini meluapkan segala ekspresi mereka dalam doa dan puncta bersama Romo Herry. Sepenggal doa yang terlontar dari seorang frater OSC terngiang seperti ini “Tuhan biarlah kami semakin mengerti persaudaraan yang sesungguhnya dalam hidup panggilan kami dalam komunitas dan bukan saling membinasakan. Mungkin bagi mereka, persaudaraan kerap menjadi istilah yang sangat agung dan kerap dikumandangkan tetapi mereka tidak bisa memungkiri bahwa oleh karena parsaudaraan banyak hati terluka. Dan mungkin memang hal ini harus terjadi. Yang lebih baik dipikirkan adalah bagaimana bangkit setiap kali terjatuh oleh Karena persaudaraan itu.

Sangat mencengangkan tatkala seorang frater dalam sharing terbukanya mengatakan bahwa contoh-contoh yang diangkat oleh Rm. Herry sangat menyentuh dan mengena. Bagaimana tidak, contoh-contoh yang diambil tersebut adalah sikap-sikap binatang yang memperlihatkan sesuatu yang baginya bisa diambil hikmahnya. Jika

seekor binatang tidak memikirkan sebagaimana manusia memikirkan, itu sudah lumrah karena ia seekor binatang. Tetapi, jika seorang manusia berpikir seperti binatang, apa yang akan terjadi dalam hidup ini? Dalam konteks panggilan hidup, belajar mengerti dan bukan harus dimengerti adalah sebuah jalan yang melapangkan dada.

Prificiat dan Damai Tuhan Beserta Para Frater.


Minggu, 08 Juni 2008

Pertemuan Sabtu, 7 Juni 2008




Dihadiri oleh : Mas Sulis, Mba Ester [021-7491678], Lia, Bene, Agnes, Nicko, Ollyn, Mas Tony Sarjono.

Pada pertemuan ini dibicarakan lebih terperinci apa yang hendak kita lakukan pada acara Spirit Moment [lanjutan] pada 28-29 Juni 2008 di Civita Youth Camp. Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, format acara telah dibuat sedemikian rupa. Tetapi ada sebuah pemikiran baru apakah ada kemungkinan menghadirkan kembali “zona kreatif” yang pada 19-20 April yang lalu pernah dilaksanakan, dimana terjadi sebuah “kebingungan” untuk harus melakukan apa. alasannya adalah banyak teman-teman muda yang ikut dalam suatu acara dengan hanya mengikuti alur acara yang sudah dibuat. Sehingga kerap daya kreativitas dan greget yang besar dari orang muda sering “biasa-biasa saja”. Selain itu, ada alasan lain yang rupanya sehrusnya menjadi perhatian bahwa kita sering berkomentar tentang acara yang tidak menarik sehingga kita malas untuk mengikutinya, tetapi tatkala diberikan kesempatan untuk menyusun sebuah acara yang menarik, kita sering kebingungan. Hal ini akan menjadi perhatian!

Pada kesempatan ini, dipilih koordinator-koordinator yang memikirkan secara lebih terperinci bagian-bagian acara tertentu, sedangkan yang lain akan menjadi personil yang membantunya:

Welcoming Games akan dikoordinir oleh Steve.
Perkenalan dikoordinir oleh Nicko, Agnes, dan Nikita
Seminar dikoordinir oleh Ollyn
Dinamika Kelompok dikoordinir oleh Ollyn
Bangun dan Olahraga dikoordinir oleh Bene dan Ester
Outdoor dikoordinir oleh Mario dan Pulung
Ekaristi Kaum Muda dikoordinir oleh Agnes dan Lia

Pertemuan selanjutnya adalah untuk menguji berbagai games yang akan dipergunakan sekaligus melihat perkembangan persiapan masing-masing koordinator. Pertemuan ini masih akan menunggu konfirmasi dari sdr. Ollyn ; mengingat seberapa banyak teman-teman yang bisa hadir. Sangat diharapkan pada teman-teman yang pernah datang pada beberapa kali pertemuan sebelumnya datang pada kesempatan ini.

Teman-teman yang pernah datang pada Spirit Moment tanggal 19-20 April 2008 yang lalu akan segeran dikontak kembali untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan tanggal 28-29 Juni mendatang.

Brosur yang akan disebarkan telah dibuat tinggal pencetakkannya saja, tetapi melalui resume pertemuan ini pun, brosur acara diikutsertakan. Harap teman-teman memperhatikannya.

Rabu, 04 Juni 2008

CIVITA: BETTER OR LATER FOR THE FUTURE

Civita yang akan menyongsong umur ke 35 tahun akan menyelenggarakan LUSTRUM ke 7 sebagai ucapan syukur dan sekaligus menggali kembali relevansi terhadap perannya untuk Kaum Muda. Harapan untuk menjadi salah satu wadah kerinduan orang muda bertemu dengan Tuhan dan kedalaman hati untuk mengenal sesama selalu terpatri dalam setiap kepak sayapnya.

Harapan ini tentunya merangkul banyak langkah demi tujuan yang semakin menyapa jiwa dan kerinduan orang-orang muda. Civita dalam sekian tahun berkarya selalu bangkit untuk menemani dan memahami geliat psikologis orang muda dan menjadikannya sebagai ruang untuk mengangkat ke permukaan kreativitas, ekspresi, ruang/tempat untuk pertemuan hati orang-orang muda. [DS Ollyn Zb]

What they are looking for?

Kapan terakhir kali anda tersenyum? Karena senyum akan membawa bahagia dan bahagia membuat anda mengalami hidup yang lebih bebas. Dan hidup yang lebih bebas akan melahirkan jiwa yang penuh kreativitas tanpa batas menuju kesempurnaan.

Mungkinkah ini yang mereka cari? Mengangumkan dan menggetarkan. Pada hari sabtu 24 Mei 2008 dua saudari mengucapkan janji setia sampai mati dalam persaudaraan Biarawati Ursulin. Mereka adalah Sr. Benedikta Sulifan, OSU dan Sr. Karolina Suryati Cendrakasih, OSU. Sekian banyak tamu bersatu dalam doa, memberi semangat, mendukung, dan mengucapkan selamat.

Tantangan terbentang di depan mata. Bukan semakin kecil namun semakin besar. Siapapun akan mengalami hal ini walau dalam sisi hidup yang berbeda. Maka, apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Kita pasti masuk dalam kebimbangan, gentar dan gemetar. Namun keyakinan akan membawa siapapun pada kesempatan dan kenyataan bahwa kita mampu melakukan banyak hal.

Profisiat et Bonum Gratiae

Selasa, 03 Juni 2008

Ciawi dan Ekaristi Kaum Muda

“Kebangkitan dalam konteks beragama adalah kebangkitan yang melibatkan budaya untuk menghidupkan jiwa orang-orang muda Katolik. Membangun jiwa kekatolikan yang berbudaya Sunda akan membuat hidup beragama menyentuh dasar yang terus bertumbuh dan berakar”.


Teman-teman dari Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya, khususnya Mudika Stasi Ciawi menyelenggarakan sebuah kebangkitan baru dalam acara orang muda yang mengambil topik "Kaum Muda, Bangkit di Tengah Keterpurukkan Dunia". Tidak tanggung-tanggung acara yang hanya diselenggarakan dalam sehari itu [25 Mei 2008] menampilkan kebahagiaan tersendiri yang mampu menggelitik hati dan jiwa orang-orang muda katolik di stasi-stasi Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya.









Kendati mereka sebagian besar terdiri dari teman-teman yang masih duduk di kelas 1 SMP keatas, namun mereka mampu membentuk sebuah panitia yang berjalan dengan luar biasa, yang mungkin akan memunculkan keraguan buat orang-orang yang sebaya dengan mereka. Tetapi pengalaman, situasi dan harapan untuk bangkit mampu mengubah semua itu menjadi kesempatan dan peluang untuk membuktikan bahwa mereka mampu melakukan lebih banyak lagi.

Pengumuman Acara

Pada tanggal 7 Juni 2008 pukul 14.00 wib akan diadakan pertemuan untuk kegiatan orang muda yang akan diselenggarakan pada 28-29 Juni mendatang. Sangat diharapkan pada teman-teman yang terlibat untuk datang pada kesempatan ini.

Sekaligus kita akan bertemu dengan Mas Tony Sarjono cs untuk membahas startegi kegiatan ini supaya lebih bagus dan menarik.

Ini adalah undangan buat teman-teman.

I wait you all!
Best regard,

DS Ollyn Zb.

Senin, 02 Juni 2008

PERTEMUAN TANGGAL 1 JUNI 2008






Dihadiri oleh Rm. Herry, Steve, Bene, Very, Lia, Beno, Agnes, Nikita, Ollyn.



Sebagai kelanjutan pertemuan tanggal 18 Mei 2008, maka dirancang kerangka acara yang lebih komplit sebagai berikut:

Welcoming games[16.30-17.30]: semacam games yang disusun sebagai rintangan awal bagi para peserta yang datang. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa siapapun yang datang harus melewati rintangan-rintangan dalam games ini sebagi tanda “inisiasi” setiap peserta bergabung dengan teman-teman yang lain dan di sana terdapat kesungguhan akan adanya sesuatu yang penting buat perkembangan kita bersama.

► Perkenalan [17.30-18.30]: setelah melewati games rintangan, kita akan masuk dalam perkenalan dan sekaligus pembentukkan kelompok. Kegiatan ini dilaksanakan di luar ruangan. Perkenalan dirancang sedemikian rupa untuk membangun keakraban.

► Mandi dan Dinner [18.30-19.00]: self service [makan dan cuci peralatan makan sendiri].

► Seminar [20.00-22.00]:acara ini direncanakan akan dibawakan oleh Mas Tony Sarjono [cs?] yang sering memberi pelatihan leadership di beberapa tempat. Tentunya akan diselingi dengan hal-hal menarik semacam exercises.

► Dinamika kelompok [22.00-24.00]: dibentuk dalam kerangka api unggun dan disekelilingnya dibentuk kelompok-kelompok sharing. Pada kesempatan ini juga akan ditampilkan kreativitas masing-masing kelompok dan akhirnya ditutup dengan renungan malam [bisa dalam bentuk Ibadat Taize, Rosario yang dibuat menarik, dll].

► Istirahat Malam [tidur].

► Bangun dan Olahraga [06.00-06.30]: sendiri atau bersama?

► Renungan Alam Pagi [06.30-07.00]: bersama.

► Breakfast [07.00-08.00].

Outdoor [08.00-10.00]: membangun sebuah teamwork dan kepercayaan, saling membela, mendukung, dan memimpin.

► Persiapan Ekaristi Kaum Muda [10.30-11.30]: dirancang dengan gaya orang muda.

► Ekaristi Kaum Muda [11.30-12.30].

► Makan Siang dan Sayonara.
Beberapa hal yang masih dipikirkan adalah rundown acara secara lebih terperinci. Maksudnya adalah siapa yang akan menjadi fasilitator pada setiap acara yang berbeda. Karena acara ini bertujuan sekaligus untuk memberi kesempatan kepada teman-teman untuk mencoba memimpin dan menjadi pemimpin. Yang kedua, berhubung dengan adanya seminar yang dibawakan oleh Mas Tony cs, tentunya adiperlukan adanya kerjasama untuk membentuk acara lebih mengalir dan mengarah pada tujuan yang hendak dicapai. Sehingga perlu adanya pertemuan dengan Mas Tony untuk memfikskan acara ini.

Pembentukkan pamflet sedang dalam rancangan dan dibuat sesederhana mungkin dengan mengikut-sertakan beberapa contact person dari teman-teman yang berbeda tempat. Mereka adalah Mas Mario: 021-92029033 [Blok B], Mas Sulis: 021-91017092 [Bintaro], Mas Bene: 081384405820 [Cilandak], Nicko: 08567896233 [Barbanas], Sekretariat Civita [Mba Hanny: 021-7401521].
Penyebaran pamflet ini akan dimulai pada 7 Juni sedangkan acaranya pada 28 dan 29 Juni [sabtu-minggu]. Sehingga, pendaftarannya bisa melalui contact person tersebut sekaligus dengan iuran untuk mengikuti acara sebesar Rp. 10.000,- per orang. Alasan kenapa dipungut iuran ini adalah:
► Civita memberi fasilitas yang lumayan besar, sehingga setidak-tidaknya kita bisa meringankannya dengan iuran tersebut.
► Jika kita hangout aja bisa mengeluarkan duit lebih besar, kenapa kita tidak bisa mengeluarkan duit sebesar itu untuk bertemu dengan teman-teman seiman, mengadakan acara bersama, persaudaraan, saling mengenal, dan pada akhirnya pasti membawa hal-hal yang luar biasa.
► Bicara saja tidak akan mengubah situasi, mari kita mewujudkan persaudaraan dengan langkah-langkah kecil.


Perhatian:

Banyak sekali yang melontarkan komentar sebelum mengetahui hal yang sesungguhnya. Atau mungkin, kita telah lama menghidupi asumsi-asumsi sehingga untuk melangkah dan bergabung begitu susah untuk dilakukan. Mari nyatakan jiwa muda dengan laku bukan dengan menunggu!

PERTEMUAN TANGGAL 18 MEI 2008

Dihadiri oleh Mario, Siska, Bene, Very Tobing, Rini, Beno, Ollyn, dan Rm. Herry.



► Sebagai kelanjutan dari Spirit Moment [SM] maka awalnya acara direncanakan pada 14-15 Juni namun kemudian berubah menjadi minggu terakhir di bulan Juni [sabtu-minggu 28/29].

► Spirit Moment akan dilanjutkan dengan Leadership Moment [LM].

► Kerangkan acara LM yang direncanakan adalah:
1. Ada seminar leadership [Mas Tony cs]
2. Selingan-selingan dan games
3. Doa malam di alam terbuka [misa atau doa rosario dengan perarakan]
4. Olahraga
5. Pemutaran film tentang Bunda Maria
6. usu-usul lain [?]

► Civita akan menyediakan fasilitas [tempat] dan untuk membantu acara ini direncanakan masing-masing peserta akan memberi iuran Rp. 10.000,- per orang.

► Diusahakan acara-acara yang akan diadakan bisa menghasilkan sesuatu buat orang muda misalnya membentuk anggota koor, misa kaum muda, dan sesuatu yang berguna lainnya.

► Pembuatan kerangka pamflet yang dikoordinir oleh Very dan Beno.

Minggu, 18 Mei 2008

Sejenak Pemikiran Kelanjutan Spirit Moment



Minggu [18/5] pukul 14.00 sampai 17.00, beberapa orang peserta Spirit Moment yang dilaksanakan di Civita Youth Camp pada 19-20 April yang lalu, kembali berkumpul untuk memikirkan kelanjutan acara Spirit Moment. Mereka yang datang adalah: Mario [Paroki Blok B], Bene, Very Tobing, Rini, Beno [Paroki Stefanus, Cilandak], Siska [Paroki Barnabas], Ollyn dan Rm. Herry Wijayanto, SJ [Civita Youth Camp]. Sedangkan teman-teman yang diundang lainnya tidak datang.

Dalam pertemuan itu, kita membicarakan tentang kelanjutan acara spirit moment yang rencananya akan diselenggarakan lagi pada bulan Juni mendatang. Kita mencoba membuat kerangka acara yang akan dilaksanakan dan juga memikirkan apa yang harus kita lakukan secara lebih sistematis. Siapa mengerjakan apa. Secara keseluruhan ada beberapa kerangka yang dibicarakan yaitu: games leadership, seminar, doa tengah malam, olah raga, yang tentunya masih akan digodok dengan lebih bagus lagi.Kita juga sempat membicarakan agar acara ini jangan hanya berlalu begitu saja, tetapi sebaiknya muncul hal-hal yang khas, yang membuat teman-teman muda selalu ingin datang ke Civita. Selain itu, juga sangat mengharapkan agar dalam rentetan acara ini akan menghasilkan sesuatu yang berarti untuk kebangunan acara dan kelanjutannya. Kita akan mengadakan pertemuan lagi pada 1 Juni 2008 pukul 14.00 wib.
We invite you to come, hopefully!
Penentuan tanggal acara masih belum dipastikan karena pada pertemuan berikut, kita akan mengundang teman-teman yang bisa masuk dalam kepanitiaan kecil untuk acara ini. Dari pembicaraan yang kita lakukan setidak-tidaknya ada 15 orang untuk bersatu dalam acara ini. Maka, pastinya kita akan mengundang teman-teman yang lain yang pernah datang pada acara Spirit Moment: The Soul of the Youth pada 19-20 April 2008 kemarin.
Namun sangat pasti, acara ini akan diselenggarakan pada bulan Juni mendatang.

KOMUNI PERTAMA YOHANES BAPTISTA-PARUNG









Minggu [18/5] kelompok komuni pertama dari paroki Yohanes Baptista, parung mengadakan rekoleksi di Civita Youth Camp. Dengan jumlah 37 orang anak, keceriaan menghiasi wajah mereka. Kendatipun tersirat rasa cemas karena pada kesempatan ini, mereka juga mengikuti pengakuan dosa untuk yang pertama kali. Pada waktu yang bersamaan, orangtua mereka pun ikut dalam rekoleksi ini di tempat yang berbeda dalam kompleks Civita. Mereka kembali dingatkan, bahwa seorang anak merupakan anugerah Tuhan yang sekarang ini akan menerima Tubuh Kristus dan seutuhnya bersatu dalam kesatuan Tubuh Mistik Kristus yaitu Gereja.

Acara untuk komuni pertama ini dimulai pada pukul 09.00 sampai 14.00. sehingga, acaranya diformat sedemikian rupa untuk menyampaikan bahwa tatkala mereka bersatu dalam satu tubuh Kristus, kita adalah saudara yang tinggal dalam satu atap rumah. Dan sebagaimana saudara yang berada dalam satu rumah – Katolik – yang ada di dalamnya adalah saling menyapa, saling memperhatikan, saling mengerti dan mengenal, bukan hanya dengan kata-kata saja.

Rabu, 14 Mei 2008

TAKARAN KEBENARAN : MANUSIA SANG KHALIK

By: DS Ollyn Zb.

Jiwa kaum muda akan tetap bergejolak mengiringi gempuran hidup yang berdinamika multilevel. Berbagai aspek kehidupan menuntut vitalitas super sekaligus “merogoh” akar-akar makna hidup. Demonstrasi hidup ini bisa saja akan mencapai titik ironi dan level ideal yang mampu menciptakan “kepincangan” jiwa-jiwa manusia yang berkehendak masuk ruang ketenangan. Mungkinkah ruang ketenangan itu bagaikan ruang yang kedap suara? Segala sesuatu yang terjadi di luar tidak akan mengusik kehidupan ideal? Ataukah, ruangan itu tetap penuh dengan perbedaan?

Tetapi, siapakah yang sungguh siap menerima perbedaan?

Ruang itu bisa saja adalah rumah, hidup, urusan, masa depan, iman kita sendiri. Dan ruang pribadi itu kini bukan hanya ruang buat diri sendiri tetapi telah ada sekian banyak orang yang keluar-masuk. Mereka mungkin tinggal untuk sementara, mempelajari kehidupan dan seluk beluk rumah kita [anda] dengan berbagai kepentingan. Ada yang sekedar bertamu, melepas lelah atau mungkin saja suatu saat ada orang-orang yang akan memaksa kita untuk keluar dari rumah kita sendiri dengan berbagai dalil kebenaran yang menurut mereka merupakan kebenaran ilahi.

Pertanyaannya adalah “Atas takaran siapakah kebenaran yang dimiliki dan diteriakan oleh manusia? Apakah manusia itu sendiri dengan pikirannya yang memaksa Khalik berkehendak sama dengan dirinya? Ataukah, Khalik sebagai pemilik kebenaran itu sendiri?”

Mungkinkah manusia telah menjadi Khalik atas dunia tempat ia singgah. Sehingga mereka mampu menentukan kebenaran dan kesalahan atas hidup dan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. Entah siapapun yang akan membaca tulisan ini, silahkan anda menjawab pertanyaan ini: “Atas takaran siapakah kebenaran yang kita teriakkan dan kerap kita paksakan?” Dan, “Apakah kebenaran itu?”

Alih-alih kita berpikir dari sisi pemilik kebenaran, manusia sang khalik, yang telah menahbiskan dirinya sebagai pencipta, telah menentukan takaran kebenaran yang mereka katakan. Dan takaran itu adalah kitab-kitab yang mereka miliki. Penulis akan tetap berusaha untuk tidak mengatakan bahwa takaran itu salah dan tidak sempurna karena ini adalah soal kepercayaan mereka. Kita juga bisa mengatakan bahwa kitab-kitab itu berasal langsung dari tangan Khalik, maka kebenarannya tidak ada yang diragukan?

Tetapi, jika kita sejenak mau melepas semua asumsi dan silahkan berpikir: “Apakah tafsiran manusiawi kita atas isi kitab-kitab itu sama seperti Khalik melihat dan berpikir?” Ataukah, “kita berpikir dan mengatakan bahwa semua itu sama seperti Khalik berpikir atas isi kitab yang sama?”

Dan sekarang, jika kita telah membalik semua itu dalam takaran manusiawi kita, bukankah manusia telah menjadi Khalik atas kebenaran. Dan pemilik kebenaran sejati telah di-“peti-kemas”-kan secara perlahan.

Begitu getolnya dunia saat ini, dalam konteks agama, untuk melihat kebenaran imani yang tidak akan pernah terkatakan dan terjelaskan oleh manusia. Tetapi ironisnya, mereka sungguh sangat percaya atas takaran yang telah mereka ciptakan sendiri. Dan jika takaran ini, dipertanyakan apalagi jika diotak-atik, pedang adalah jawabannya. Banyak bukti yang terjadi di antara kita, dimana agama menjadi sebilah pedang yang diacungkan tinggi-tinggi untuk membunuh sang perbedaan [the stranger].

Jika jawaban atas takaran kebenaran yang mereka teriakkan adalah pedang, lalu apakah Khalik sungguh menakar kebenaran yang demikian? Pedang bisa saja dalam arti yang sangat luas. Pedang bisa diartikan pembunuhan karakter, pemaksaan, invasi terhadap yang lain, membela keraguan, berteriak atas nama Khalik dalam pembunuhan, atau apapun yang terjadi dalam dunia saat ini.

Selama ini, mungkin kita telah mengerti “perbedaan” dengan cara-cara yang salah. Sehingga ketika kita melihat “perbedaan” kita mulai dari keinginan untuk meruntuhkannya dan bukan untuk mencari kebenaran Khalik. Kita berdiri di atas takaran kebenaran kita sendiri dan dengan demikian sangatlah mudah mencabik-cabik yang lain.

Minggu, 04 Mei 2008

The 200 Years of Loving Services of Canossian






By DS Ollyn Zb



“All of us have the joy of seeing the 200 years of the Canossian Institute founded by our dear Mother Foundress St. Magdalena Gabriella of Canossa on the 8 of May 1808”.


Penggalan kalimat singkat di atas merupakan bagian dari pesan Sr. Iolanda Vezzoli, FdCC dalam sambutan singkatnya dalam buku kenangan Perayaan 200 tahun Kongregasi Putri-Putri Cinta Kasih Canossian. Sebuah kegembiraan yang tentunya tidak terukur melihat karya yang begitu besar dalam pelayanan iman untuk orang-orang miskin. Semboyan yang sangat singkat “Jadikanlah Yesus Dikenal dan Dicintai” menggema dan tidak berhenti di balik tembok biara cinta kasih, tapi merayap dan meyusupi ruang-ruang hampa hidup manusia yang merindu cinta Allah yang Abadi.

Minggu, 4 Mei 2008 di Gereja St. Matius Penginjil – Bintaro, perayaan Cinta Kasih Canossian meletupkan dan mengidungkan “The Carity of Christ” dalam liukkan pertemuan abadi manusia dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ.

Wajah-wajah bersinar para Canossian, kegembiraan yang mendalam dalam lubuk hati yang berbunga, sapaan hidup yang bersemangat dan menyemangati merupakan bola cinta yang terus berpijar sepanjang perjalanan yang masih akan dilalui.

Karya yang sungguh besar adalah kepercayaan ilahi yang sungguh besar buat Canossian. Mereka telah merambahi 5 benua di 37 negara dan beranggotakan 3000 suster dari berbagai Negara. Karyanya anatara lain: pendidikan, evangelisasi, pastoral orang sakit, pembinaan kaum awam, dan pendampingan retret.


“Life begins from the past and the past flows through the life which creates many stars of starts” [DS Ollyn Zb].


Kamis, 01 Mei 2008

The Soul of the Youth









Jiwa muda beriak
Mencari jawab atas hidup yang berkelindan
Mengarahkan harap pada rasa mendalam
Persaudaraan yang bukan hanya kata

Civita Youth Camp mengidungkan Gema Jiwa Muda dalam tema ”The Soul of the Youth”. Acara ini diadakan pada 19-20 April 2008 dengan menciptakan acara tanpa acara. Seakan tidak ada kegiatan, tetapi kegiatan ini berkelindan sampai akhir dengan meluapkan kerinduan Kaum Muda Katolik akan hidup menggereja. Gema Jiwa Muda yang seakan memasuki zona asing akan rumah sendiri adalah rasa yang akhirnya terbagi dan terlontar dari kerinduan itu.

Gema Jiwa Muda mulai menyusuri tepian harapan. Menginginkan perjalanan hidup yang indah sekaligus memadukan tenaga, semangat, dan pandangan hidup untuk berkreasi dan menjadi citra ilahi.

Nantikan pertemuan berikut!