Biaya Kegiatan: Orangtua [Rp. 130.000,-/hari dan Anak-anak [Rp. 120.000,-/hari; 3 kali makan, 2 kali snack, aula, kamar, ruang doa, lapangan outdoor

Rabu, 18 Juni 2008

Ekaristi Emaus Sahabat Muda [EMSAM]

by: DS Ollyn Zb



Pengantar

Kepedulian terhadap jiwa orang muda yang menginginkan tempat, ekspresi dan kreasi mendorong kita untuk menciptakan sesuatu yang fresh dalam konteks Perayaan Ekaristi dengan tetap memperhatikan kaidah: tanda, kata dan tindakan yang resmi sekaligus tetap menjiwai sisi terdalam Ekaristi yakni pemuliaan [glorify] Allah dan pengundusan [sanctify] manusia oleh Allah.

Dengan memperhatikan kerinduan ini, maka dibuatlah format Ekaristi Emaus Sahabat Muda yang lebih lanjut akan disebut EMSAM. Disebut EMSAM karena terlahir dari perjalanan orang muda yang dinamis sebagaimana peristiwa emaus yang memperlihatkan gambaran orang-orang yang mengalami kehadiran Allah di tengah perjalanan dan sekaligus di tengah pertanyaan-pertanyaan akan kasih Allah.

Sangatlah bisa dipahami jika orang-orang muda merasa kurang tertarik dengan gaya Ekaristi yang biasa dilakukan. Hal ini terjadi bukan karena format Ekaristi yang sangat konstitusional atau gaya homili yang bervariasi [tergantung Persona Christi- nya] melainkan oleh perubahan aura zaman [interese zaman] dan pemahaman yang tidak mendalam akan Ekaristi sebagai puncak perayaan iman orang Katolik. Sehingga sangat tidak mengherankan lagi jika pada saat Perayaan Ekaristi akan terlihat berbagai kesibukkan yang berbeda. Jika anda pernah mengikuti Perayaan Ekaristi dan di belakang, depan, atau samping anda ada orang-orang yang begitu asyik ngobrol seperti di mall atau bermain handphone dan seakan tidak memperdulikan bahwa orang lain akan terganggu oleh sikap mereka. Dan sangat bisa dipahami jika mereka pulang tidak menemukan apa-apa dan lama kelamaan mereka boring, itu-itu saja, tidak ada yang berbeda. Akibat yang paling jauh adalah mereka mulai menjauhi Gereja dengan dalih yang mempersalahkan struktur, gaya, sikap-sikap faktor eksternal dan bukan melihat pada keterlibatan diri mereka sendiri pada perayaan dan iman.

Aura zaman atau interese zaman memang telah berubah. Diam, tenang, mendengarkan, mengikuti, menyelami, masuk ke dalam hati dan banyak sisi terdalam lainnya sangat susah untuk disentuh. Sebab zaman menawarkan „yang berkeriapan“, berubah, dan harus dikejar. Hal ini memperlihatkan adanya motion [mobilisasi] yang sangat tinggi sehingga untuk menjadi tenang dan diam sangat menakutkan. Buktinya: sekian banyak orang-orang muda yang tidak bisa lepas dari yang hingar-bingar, handphone, mp3, mp4, internet, shoping, mall, dan pesona konsumerisme lainnya.

Maka, mungkin dengan membaca narasi gaya hidup orang muda ini, pemahaman adalah jalan yang pertama dan menemani ekspresi dan beban psikologis merupakan langkah lanjutannya. Jiwa Ekaristi sebagai puncak perayaan iman jangan sampai tidak menggema dan senyap.

Perayaan Puncak: Ekaristi

Perayaan Ekaristi bukanlah ajang menarik-tidak menarik atau dikomentari karena kita tidak menemukan yang kita inginkan pada akhirnya. Perayaan Ekaristi adalah pancaran pertemuan manusia dengan Tuhan pada sisi yang sangat spiritual. Jika seseorang masuk dalam Perayaan Ekaristi dan tidak mengangkat sisi spiritual yang ada dalam dirinya untuk bertemu dengan Allah, maka pertemuan tidak akan pernah terasa lebih dalam. Kenapa? Karena Allah yang spiritual hanya akan bertemu dengan manusia yang spiritual. Dan hal ini bukan mengawang-ngawang. Karena sesungguhnya manusia memiliki sisi spiritual yang dalam, hanya kerap tertekan oleh keinginan yang memanipulasi sisi terdalam ini. Jika anda pernah merasa begitu tenang tetapi tiba-tiba berubah hanya karena ada telpon atau orang yang menyapa anda dengan ekspresi yang tidak menyenangkan dan kemudian disposisi hati anda berubah, inilah tandanya.

Sangat tidak mengherankan bahwa ada orang-orang yang begitu menghayati Ekaristi dan menemukan kekuatan di dalamnya dan ada orang-orang yang sebaliknya. Orang-orang yang begitu menghayati itu melibatkan segenap sisi spiritualitasnya untuk bertemu dengan Allah yang spiritual. Sehingga mereka mampu mengalami dan membagikan Allah dalam cara-cara yang sederhana. Anda tidak akan mungkin bertemu dengan Allah yang spiritual jika anda mengedepankan sisi manusiawi anda yang sangat lahiriah. Sisi yang sangat lahiriah itu adalah keinginan anda untuk menemukan Allah tetapi cara yang tidak tepat atau menjadikan Ekaristi sebagai rutinitas, ajang mencari dan menemukan orang, tempat janjian, dan lain sebagainya.

Sisi spiritual harus bertemu dengan sisi spiritual. Dalam analogi lain yang sangat sederhana. Jika anda berbicara dengan siapapun dan mereka tidak menjawab anda dengan alur harapan anda, anda pasti akan bereaksi berbeda. Akibatnya adalah anda mungkin akan berbicara lebih baik atau mengubah sikap anda sesuai dengan daya pemahaman orang yang anda hadapi. Jika tidak maka misunderstanding sudah jelas menjadi ujungnya. Atau pernahkah anda menyadari ”mengapa orang marah cenderung berteriak untuk menyampaikan sesuatu atau dengan ekspresi yang berubah?” karena hati sudah tidak searah, menjauh, tidak saling mengerti dan tidak saling menyapa!

Ini yang akan terjadi tatkala sisi spiritual anda tidak keluar, terangkat dan mengarah untuk menyambut Allah yang spiritual dalam Perayaan Ekaristi. Lagi-lagi, hal ini tidaklah mengawang-ngawang.

Maka, ada sesuatu yang harus diarahkan lebih dari diri kita untuk bertemu dengan Allah dalam Perayaan Ekaristi. Sebab, jika kita masih menggunakan kebiasaan lama pada saat perayaan, maka kita sebagai peraya dalam undangan perjamuan ilahi tidak akan menghidupi apa-apa selain kekeringan dan rutinitas. Mungkinkah anda masih mempertanyakan ”apakah kebiasaan lama itu?” untuk menjawabnya, cobalah perhatikan orang-orang tertentu yang datang pada Perayaan Ekaristi dan apa yang mereka lakukan. Kemudian sapalah mereka, jika selama ini anda tidak biasa dan bisa memulai untuk menyapa lebih duluan.

Perayaan Ekaristi sebagai Puncak Perayaan Iman tidak akan pernah terasa berbeda jika kita sebagai peraya tidak pernah mengubah cara kita berbicara dan bertemu dengan Allah yang spiritual.

Emaus Sahabat Muda

Emaus Sahabat Muda merupakan sebuah perjalanan yang dilakukan oleh orang-orang muda secara bersama-sama dalam menemukan iman sejati akan Allah. Dalam perjalanan itu, mungkin saja orang muda tidak/kurang menyadari kehadiran Allah dalam setiap detik hidup mereka. Mungkin saja orang muda menyangkal kebersamaan hidup dengan Allah karena tidak bisa menalar. Mungkin saja orang muda merasa Allah begitu jauh dari hidup mereka oleh karena setiap pengalaman terpuruk yang mereka alami. Seakan tidak ada jawaban atas permasalahan kehidupan mereka.

Dalam keseluruhan permasalahan hidup itu, satu pertanyaan yang harus kita jawab dengan memasuki batin dan dalam keheningan terdalam hidup ini. ”Apakah kita bisa melalui semua itu hanya oleh kekuatan kita sendiri?” jika anda terbelalak dan kemudian menyadari bahwa segala persoalan hidup yang terjadi tersingkapi satu demi satu oleh karena kemurahan ilahi melalui orang-orang yang ada di sekitar anda, maka seharusnya anda mengerti bahwa Allah berkarya dalam hidup anda. Sebab tidak ada sehelai rambut pun yang akan tercabut dan jatuh tanpa sepengetahuan Allah.

Maka, silahkan anda berlari dari hadapan Allah bahkan melukai hidup anda karena ”merasa” Allah jauh dari hidup anda, tetapi ketahuilah Allah akan menarik anda pada saat yang Ia kehendaki buat anda. Ini hanyalah segelintir gambaran perjalanan [emaus] orang-orang muda. Masih banyak kisah yang seakan mencabut hidup secara paksa dari raga kita. Tetapi itu bukanlah pertanda bahwa Allah ”tidak ada” dalam hidup kita, melainkan justru supaya kita semakin dekat untuk mencari Allah yang ”tidak ada” itu.

Dalam perjalanan hidup itu, tidak bisa kita sangkal bahwa ada banyak orang yang terlibat dalam hidup kita. Mereka itulah sahabat-sahabat yang hidup dan peduli akan kehidupan kita. Dari mereka kita belajar, mengerti dan mengalami hidup. Maka, EMSAM menghadirkan semua unsur-unsur di atas dan menyatukannya dengan perjalanan hidup ilahi, Yesus Kristus sang Penyelamat. Pengenangan, menghadirkan, dan menyatukan hidup kita dengan Allah dalam Perayaan Ekaristi merupakan jalan menuju keselamatan abadi bersama Allah.


Skema Ekaristi Emaus Sahabat Muda

EMSAM secara keseluruhan akan memperlihatkan sebuah perjalanan yang menunjukkan dinamika hidup peraya. Dan untuk merasuk lebih dalam menuju kesatuan dengan Allah maka lagu-lagu dan alat musik yang dipergunakan sangat menentukan dalam membangun sebuah situasi yang kondusif. Seharusnya alat-alat musik daerah seperti gendang, tifa, dan lain-lain akan sangat bagus untuk membangkitkan sisi ini bukannya drumband yang cenderung meng-crash [menabrak] situasi. Dengan demikian, kita juga mengangkat aspek inkulturasi dengan alat-alat musik itu dan membangkitkan jiwa kita sebagai peraya di suatu tempat.

...............................................skema inconceptio.................................................................................

Tidak ada komentar: