Biaya Kegiatan: Orangtua [Rp. 130.000,-/hari dan Anak-anak [Rp. 120.000,-/hari; 3 kali makan, 2 kali snack, aula, kamar, ruang doa, lapangan outdoor

Senin, 26 Desember 2011

Renungan natal



KEDATANGAN-NYA  MEMBAWA  HARAPAN  DAN SUKACITA  DI TENGAH  SITUASI YANG GALAU
Oleh: Br. Libert, CSA
Sore itu saat ada bunyi bel di rumahku salah seorang yang berada dalam rumah itu bergegas untuk membukakan pintu rumah dan mencoba menyapa kira-kira siapa gerangan yang bertamu pada sore hari. Pada hal sore itu masing-masing kami sedang melakukan aktifitas harian. Ada yang sedang mempersiapkan makan malam, memberi makan ternak, membersih rumah, menyuci pakaian, menyetrika, mengerjakan tugas lainnya, bahkan ada yang sedang facebookan/twiteran. Teman kami yang membukakan pintu tadi kelihatan sedang asyik mengobrol dengan tamu yang datang, dan rasanya mereka sudah saling kenal sebelumnya. Terlihat cara mereka beradu pandang sambil menceritakan tentang bagaimana situasi dunia saat ini. Cara beradu pandang seorang tamu sebelumnya rasanya beda dengan cara pandang bagi tamu sore ini. Dia kelihatan anggun, bersih, rapih dan cara dia menyapa penuh dengan kelembutan dan santun. siapa dia sebenarnya? Untuk apa dia kemari?

Kedatangan seseorang di tengah keluarga kita bila dipandang dari segi fisik kadang kurang meyakinkan kalau dia akan membawa berita baik atau sesuatu nilai baru yang membawa warna bagi kehidupan orang lain. Belum lagi dari cara dia berpakaian, bertutur kata dan penampilan lainnya sangat sederhana. Hal ini bisa menimbulkan pertanyaan; sejauhmana kita menganggap tamu sebagai Raja? Mungkinkah kita bisa menerima dia apa adanya? Jawabannya ada pada peristiwa agung hari ini tanggal 24 desember. Telah lahir bagimu seorang bayi mungil penuh kesederhanaan, ada cinta dan damai yang nampak pada senyuman pertamanya. Tangisan-Nya membawa berita baru bahwa seorang Putera Allah lahir untuk menyelamatkan umat manusia. Ada cinta yang dinantikan oleh yang merindukan-Nya. Dia masuk dalam suasana batin setiap orang yang sudah siap menyambut-Nya, Dia juga akan datang dalam suasana batin yang galau. Menerima kehadiran-Nya berarti siap menanggung segala resiko dan konsekuensi, sebab Dia datang penuh dengan ancaman dan kegalauan. Ancaman dan kegalauan bagi mereka yang belum siap menyambut-Nya dan yang kurang tahu apa arti dari sebuah kehidupan. Kehidupan kadang dipandang sebagai pengisi waktu, aji mumpung, sehingga sulit untuk menemukan arti dari kehidupan itu sendiri. Hidup dan kehidupan kadang salah menginterpretasikannya. Hal itu Nampak dari cara orang mempraktekan kehidupan itu, analoginya jelas bahwa dari cara orang menafsirkan saja sudah salam menangkapnya, apalagi dalam mewujud nyatakannya.
Kehadiran-Nya memang butuh perhatian dan kerelaan dari manusia yang sungguh-sungguh mengimani-Nya. Karena dibalik kehadiran-Nya ada sesuatu nilai yang harus dan akan kita wujudkan bersama, yakni nilai “kerendahan hati”. Kesederhaan menjadi tolok ukur seseorang bahwa dia seorang yang  rendah hati dan mampu menerima orang lain apa adanya. Hal tersebut Nampak pada diri sang bayi kecil yang lahir dalam palungan berbau dan kotor. Dia datang dalam suasana hampa, suasana gelap, miskin dan terbelakang. Tidak ada tempat yang layak bagi dia untuk diselamatkan. Sebab DIA sendirilah keselamatan itu. Keselamatan itu muncul dan ada ketika hati manusia sedang galau, sedang sedih, ketidakadilan, tersingkirkan, terpinggirkan. Kesematan dalam hal ini bisa dimaknai sebagai “Solidaritas”. Sang Emanuel solider dengan mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Dia benci dengan praktek hidup yang dapat merugikan orang lain di sekitarnya, seperti praktek korupsi, Kolusi, dan nepotisme. Kecintaan-Nya dengan orang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel menunjukan bahwa dibalik kesederhaan dan kehampaan tersebut terkandung suatu nilai kehidupan konkret yang harus disyukuri, yakni ‘keselamatan yang membawa damai”. Sang bayi yang dilahirkan dengan penuh Rohkudus mengikutsertakan rasa solider yang tinggi akhirnya menghasilkan “love Peace” yang semuanya berasal dari pada-Nya. Dialah penyelamat itu, Dialah sang Emanuel: Allah beserta kita. Masa penantian itu sudah lewat dan terbukti sebuah hadiah besar buat kita yang mengharapkannya, yakni: “YESUS  KRISTUS  SANG  PENYELAMAT, PENANGKAL SEGALA KEGALAUAN DAN KESEPIAN HIDUP”. Dialah sumber cinta kasih yang dinanti-nantikan.

Kehadiran Tuhan di tengah situasi galau dan kesepian ingin menunjukan titik terang dimana sesungguhnya tidak ada kegalauan dan kegelisahan. Karena yang membuat orang menjadi galau atau yang hatinya mendua justru karena perhatiannya kurang focus, selalu mempercayai takyul, tidak menunjukan bahwa Yesulah satu-satunya Allah yang membebaskan, Allah yang penuh kasih, Allah yang setia, Allah yang penuh cinta dan Yesuslah jalan, kebenaran dan hidup. Dia datang untuk menunjuk jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada jalan lain kecuali melalui DIA yang adalah sumber kehidupan dan menuju pada Bapa. Dari pihak manusia bila kita sungguh-sungguh mau berada dan solider dengan-Nya kita harus punya kerinduan untuk menyambut-Nya, bersedia menerima Dia apa adanya/bisa menerima orang lain apa adanya, tanpa memandang SARA (Suku, agama, Ras dan antara Golongan). Dengan kita bersatu dan berada bersama –Nya, maka  segala sesuatu yang menggalau hidup ini/menggelisahkan hati ini dapat ditanggung dalam Dia yang menyertai aku/kita.
Penyertaan-Nya dalam setiap derap langkah hidup kita dapat kita tempuh melalui banyak belajar dari Dia sendiri, secara khusus belajar apa arti kesetiaan menanggung beban, belajar sabar menghadapi situasi yang tidak menentu dan belajar kerendahan hati yang adalah dasar hidup beriman kita. Berani kita menyambut/menerima-Nya berarti siap sedia untuk diutus ke tengah srigala yang suatu saat dapat mengancam hidup kita. Oleh karena itu didalam diri harus punya kesadaran penuh dan motivasi yang kuat. Untuk apa Tuhan datang di tengah hidup ini, untuk apa DIA hadir dalam hati ini dan Tuhan maunya apa dengan hidup kita. Satu hal yang pasti bahwa Dia ingin hidup dan bergaul bersama kita, Tuhan mau bekerja sama dengan kita. Kekuatan cinta antara DIA dengan kita sudah terbukti saat DIA dipaku pada kayu penghinaan itu dan disanalah puncak iman kita. Jalan-Nya adalah jalan kita juga, karena kita ingin berjalan bersama-Nya kapan dan dimana saja. Dan bila kita ingin berjalan bersama-Nya kita dituntut untuk berjuang dan solider dengan DIA pula melalui gerak langkah hidup kita setiap hari.
Kini DIA telah lahir bagi kita membawa banyak harapan. Harapan yang membawa sukacita, damai dan sejahtera, harapan yang meneguhkan iman. Untuk itu jangan sekali-kali mengecewakan-Nya. Dialah Allah yang setia, yang selalu dirindukan oleh banyak orang yang percaya pada-Nya. Pesan natal ini menjadi sebuah harapan bagi saya dan kita semua untuk selalu ingat akan kebaikan dan kasih setia-Nya itu.

Yogyakarta  24 Desember 2011
SELAMAT  NATAL  2011  &  TAHUN  BARI  1 JANUARI 2012
TUHAN  MEMBERKATI

Tidak ada komentar: