(Sebuah permenungan di CYC)
By: Br. Libert Jehadit, CSA*
UNTUK APA AKU DIUTUS?
Perjalanan perutusanku ke Civita Youth Camp selama kurang lebih delapan bulan bagaikan Perutusan Yesus sendiri kepada ketujuh puluh murid-Nya. Saya sangat terkesan dengan kata-kata Yesus kepada para murid yang diutus-Nya. Disana dikatakan: “Pergilah sesungguhnya aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah srigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan (Luk 10:4). Ayat ini menggambarkan situasi batinku yang awal diutus ke Civita aku belum siap, apalagi tidak ada pengalaman sedikitpun dalam pendampingan kaum muda. Kalaupun pernah itu karena saya pernah tugas mendampingi anak asrama. Hanya dengan dasar ini aku harus melaksanakan tugas yang cukup tertantang. Dikatakan tertantang karena harus menghadapi anak-anak kota metropolitan yang sangat kritis dan lebih Tren. Selain itu juga saya harus berhadapan dengan situasi atau suasana komunitas baru. Komunitas dimana bergabung dari berbagai macam tarekat. Sangat tidak mudah beradaptasi dengan suasana dan person-person baru apalagi person-person yang sebelumnya tidak pernah saya kenal. Menyadari bahwa saya diutus ke Civita tentu demi perkembangan pribadiku dalam tugas perutusanku selanjutnya, maka apapun situasi dan suasananya saya harus berani dan siap menghadapinya toh semuanya demi mematangkan pribadiku sebagai seorang Biarawan.
Perbedaan-perbedaan yang ada di Civita justru membawa makna baru dalam hidupku. Ibarat bunga yang kalau terdiri dari satu warna tentu kurang begitu indah, namun ketika beraneka jenis warna bunga itu kelihatan indah dan sangat menarik hati. Di Civita kami saling melengkapi, saling memahami, saling berbagi dll. Dan yang lebih menarik lagi adalah saling Kerja sama, keterbukaan dan belajar disiplin. Melihat realitas yang terjadi, maka refleksi ini saya beri judul “ DIUTUS UNTUK LEBIH MENCINTAI”. Mencintai dalam arti Cinta kepada tarekat yang selama ini selalu mendukungku. Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang bersedia membaca refleksiku ini. Mari kita belajar dari perbedaan.
BELAJAR DARI PERBEDAAN
Tanpa ada perbedaan hidup ini tidak ada seninya, dikatakan seni kalau adanya perbedaan-perbedaan. Sebab disana kita akan menemukan apa artinya sebuah “Perutusan” Di Civita Youth Camp saya bisa belajar banyak dari figur-figur dan karakter-karakter berbeda yang sama sekali belum kujumpai sebelumnya. Ada beberapa tarekat (Komunitas Hetrogen) yang berjuang bersamaku di Civita, antara lain: SJ dan CB ( tuan rumah), CSsR, OCD, KYM, OSC, OAD, BKK, CM dan CSA (Tahun 2010). SMM, PIJ, CMM (Thn 2011). Kehadiran mereka di tengahku membuat panggilan ini semakin optimis dan tetap pada jalan-Nya. Setiap kali kami berjumpa di meja makan, pasti ada cerita dan sharing pengalaman yang semuanya dapat menguatkan satu sama lain. Saat Ibadat harian bersama kami semakin diperkaya dengan model dan gaya dari setiap tarekat, demikianpun saat kami menjalankan tugas, kami saling diperkaya. Betapa saya bersyukur berada bersama mereka. Sayapun menyadari bahwa dalam kehidupan bersama ini pasti mengalami tantangan dan pergulatannya. Hal yang demikian akan saya bagikan pada poin berikutnya.
MENELUSURI CIRI KHAS HIDUP RELIGIUS
“Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu; Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu” (Luk 10:5-6). Perikop ini sekali lagi memperkuat saya untuk terus menelusuri panggilanku sebagai Biarawan.
Ciri khas hidup religius adalah Hidup Bersama, hidup kaul dan hidup dalam Roh. Dari kekhasan ini saya dapat aktualisasikan lewat hidup Karya, Hidup Doa dan Hidup Bersama itu sendiri:
Hidup Doa
Setelah mengenal baik apa itu Civita dan bagaimana situasi di dalamnya, maka saya tidak ragu lagi untuk memanfaatkan waktu ini dengan baik. Bagaikan komunitasku sendiri, waktu doa pribadi tersedia dengan baik, waktu doa bersama juga tersedia dengan baik. Saya menyadari bahwa Doa pribadi jarang saya lakukan, hal yang demikian terjadi karena Sikon kadang tidak memungkinkan. Bayangkan hampir setiap minggu pasti ada peserta yang retret di Civita. Tetapi doa pribadi saya lakukan saat bersama peserta Retret artinya bahwa peserta juga kami ajak untuk bermeditasi atau doa alam, Disitulah saya masuk pada doa hening/doa pribadi. Mengenai doa bersama pasti selalu kami lakukan dan itu dapat diperkaya dari teman-teman lain yang beda tarekat. Suatu hal yang baik yang pernah kami lakukan bersama adalah Ibadat harian dengan ciri khas tarekat masing. Saya sebagai CSA tentu sangat bangga dengan cara CSA beribadat. Terlebih saat dimana kita mendoakan “Mohon panggilan”. Kalau dari tarekat lain saya belajar cara Frater CM berdoa, dimana seuasai ibadat sore mereka langsung membacakan bacaan Injil yang akan direnungkan besok hari.
Hidup Bersama
“ Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu,dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Adapun kumpulan orang-orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” (Kis 2:43-46, 4;32).
Cara hidup jemaat pertama ini menjadi inspirasi kami selama di Civita Youth Camp. Saya pribadi merasa dan menyadari betapa pentingnya kehadiran orang lain, meski beda latar belakang, beda suku, beda bahasa, beda watak dan lain sebagainya. Karena disana akan ada kesatuan dan saling berbagi. Kebersamaan yang kami alami di Civita juga membawa dampak positif dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada kami masing-masing.
Hidup Karya
Kebanyakan orang mengatakan bahwa para religius diutus ke Civita itu untuk kursus. Pandangan ini bagi saya keliru, karena disana kita tidak menerima materi seperti kuliah atau kursus biasanya. Disana kita langsung terlibat dalam pendampingan kaum muda. Dapat di istilah “Learning by doing”. kalaupun ada menerima materi itu hanya awal kita masuk disana, atau hanya sebagai pengantar. Maka disini dibutuhkan ketekunan dan mengembangkan diri sendiri serta saling belajar antara yang satu dengan yang lain. Bagi saya pribadi mengenal Civita itu berarti mengenal karya CSA sendiri, karena cara atau gaya Civita itu identik dengan gaya CSA sendiri. Dalam artian sama-sama semangat Ignatian. Hal yang demikian mengingatkan akan sejarah para pendiri. Dimana Pastor willem Hellemons dan Vader vincentius tetap memperjuangkan semangat Ignatian, Sebagai bruder CSA yang bersemangat muda tentu bangga dan penuh rasa syukur atas usaha dan perjuangan para pendiri kita. Dari sanalah saya lalu mempunyai komitment untuk “ selalu menjaga panggilan ada usaha dan kerja keras serta selalu bersykur”. Dan yang lebih penting lagi adalah Hidup Doa dan menghayati ketiga kaul.
“ Kita diutus dalam pendampingan kaum muda harus punya prinsip yang kontekstual, yakni Menyelamatkan jiwa-jiwa”. Dalam konteks ini jiwa-jiwa kaum muda yang adalah masa depan Gereja, Bangsa dan Negara. Tanpa ada prinsip seperti itu, maka nilai Retret itu sendiri menjadi kabur. Artinya bahwa kita harus mencetak kaderisasi gereja yang handal. Dan pertama-tama yang harus dibentuk adalah Imannya. Demikian yang diungkapkan P. Herry, SJ selaku direktur Civita Youth Camp. Ungkapan ini sebagai penegasan juga untuk para religius yang belajar di Civita.
Sebuah Ungkapan untuk Civita:
Indah dan sejuknya Civita membuat hati ini terasa nyaman dan kerasan.
Tidak ada kesunyian dan kesepian
Tidak ada kekurangan, tak ada persoalan yang bermaksud sakit hati
Yang ada hanyalah kekuatan Cinta dan Kedamaian Hati
Sebab dibalik sebuah persoalan pasti ada maknanya.
Civita..Jadikan pribadimu yang terus berkobar
Biarlah dirimu tetap bersinar, sehingga banyak orang yang datang dan rindu akanmu
Aku akan selalu rindu akan Civita
Disana aku merasakan Cinta dan bisa menuangkan Potensiku
Dalam doa dan Karya aku pasti selalu mendoakan Civita dan selalu merindukannya
Civita….dukunganmu membuat hidupku sebagai religius semakin berarti
Meyakinkanku untuk tetap setia pada panggilan suci ini
Dan mengajakku untuk melangkah lebih jauh
Tanpamu aku tak bisa menjadi pribadi yang berani tampil
Denganmu menjadikanku seorang yang rendah hati
Karenamu membuatku selalu berusaha dalam tugas dan pelayanan
Pelayanan menyelamatkan Jiwa-jiwa
Aku melayani karena atas dasar Cinta yang tulus
Cinta yang terinspirasi dari Civita
Terima kasih Civita…..I LOVE YOU FULL
*) Tinggal di Komunitas Madiun
1 komentar:
Terimakasih Bruder Libert atas refleksi yang juga bisa dibagikan dengan kami yang tinggal di civita. semoga pelayanan bruder selanjutnya selalu diberkati Tuhan. Salam kami dari Civita.
Posting Komentar