Biaya Kegiatan: Orangtua [Rp. 130.000,-/hari dan Anak-anak [Rp. 120.000,-/hari; 3 kali makan, 2 kali snack, aula, kamar, ruang doa, lapangan outdoor

Senin, 25 Agustus 2008

Pelayanan Yang Berhati

Sumber: Kiriman dari seorang Teman


Panggilan hidup kita sebagai murid Yesus adalah untuk menjadi seperti Yesus, dari hari ke hari meneladan Sang Guru, yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Bukankah dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, kita memang seorang pelayan? Tapi pelayan yang sekaligus murid Yesus adalah pelayan yang “aneh” di mata dunia. Mengapa? Karena pelayan ini harus bebas dari segala keinginan yang sangat manusiawi: keinginan untuk dipuji, dihormati, dianggap penting, diakui prestasinya, dan disukai. Saat dunia menawarkan begitu banyak kemudahan pada orang-orang supaya dihormati, dianggap penting dan berprestasi, murid Yesus justru harus “mengubur” semua keinginan tersebut dan sebaliknya: siap untuk dikritik, dipersalahkan, dicemoohkan, dan disudutkan. Itulah tantangan yang dibentangkan Tuhan di hadapan kita: menyangkal semua sifat yang cukup melekat pada kemanusiaan kita!
Memurnikan motivasi pelayanan kita setiap hari memang tidak mudah. Kita harus selalu dan selalu menyangkal diri. Tpai bukankah itu memang syarat menjadi muridNya: menyangkal diri, memanggul salib, dan mengikuti-Nya? Dan lihatlah, di balik salib itu ada sukacita Paskah yang tentu akan menjadi milik kita juga, andai kita setia. Seraya bersyukur atas kesempatan yang Dia berikan kepada kita untuk menjadi pelayanNya, mari kita gunakan waktu hidup ini sebaik-baiknya. “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.” (Luk 17:10)
(taken from Bergema edisi April 2008)

Dibentuk untuk Melayani Allah
Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku
Ayub 10:8
Umat yang telah Kubentuk bagiKu akan memberitakan kemasyuranKu
Yesaya 43:21

Anda dibentuk untuk melayani Allah.
Allah telah merancang kita secara unik atau dapat dikatakan Dia membentuk kita untuk maksud tertentu atau untuk melakukan hal-hal tertentu. Seperti seorang arsitek yang akan merancang suatu bangunan, mereka pasti memikirkan terlebih dahulu untuk apa, fungsinya apa, bagaimana bentuk, dll. Allah pun melakukan hal yang sama pada saat Ia menciptakan kita, yaitu untuk melayani Allah, maka Ia membentuk kita.
Dalam Kitab Suci dikatakan “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik.” Kata puisi dalam bahasa Yunani yang diterjemahkan “buatan” memiliki arti yang lebih dalam bukan suatu karya masal atau sembarangan tetapi adalah suatu masterpiece. Selayaknya puisi, dibuat dengan sungguh-sungguh, dicari tema, dipilih kata-kata yang tepat, kata-kata yang indah. Begitulah Allah membentuk kita sebagai masterpiece buatanNya.
Allah memakai kita untuk membentuk kita menjadi pelayan bagi sesama dan bagiNya. Kita tahu bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha segalanya, maka tentunya Ia tidak pernah memboroskan sesuatu ataupun mensia-siakan sesuatu, semua yang kita miliki (minat, talenta, kepribadian) diberikanNya agar digunakan untuk memuliakan namaNya. Seperti seorang guru yang menyuruh muridnya untuk mengikuti suatu kompetisi, tentunya murid-murid tersebut diberikan pelatihan khusus, latihan-latihan soal, dll. Allah kita pun tidak memberikan tugas pada kita dan membiarkan kita bekerja dengan tangan kosong, Dia memperlengakapi kita dengan apa yang kita butuhkan untuk melakukan tugas pelayanan kita. Dia memberikan kita SHAPE. Apa itu SHAPE? SHAPE adalah:
Spiritual Gift (karunia Roh)
Heart (hati)
Ability (kemampuan)
Personality (kepribadian)
Experience (pengalaman)

SHAPE: Membuka Karunia-Karunia Rohani Anda
Karunia-karunia Roh yang kita peroleh jangan pernah kita anggap hanya sebagai upah kerja kita, tetapi harus sungguh sebagai karunia. Karunia kasih Allah / anugerah Allah untuk kita. Ada sebuah cerita yang cukup membantu tentang apa Anugerah Allah itu…
Pertandingan Baseball

Tim Tuhan melawan tim Setan, tim Tuhan mendapat giliran memukul. Score masih kosong-kosong padahal waktu hampir berakhir. Pertandingan berlangsung ketat.

Pemain yang bernama “KASIH” mendapat giliran memukul bola dan berhasil mencapai perhentian (base) pertama, karena “KASIH” tak pernah gagal. Kemudian giliran “IMAN” yang juga berhasil, karena “IMAN” bersama-sama “KASIH”. Setelah itu, giliran “HIKMAT ALLAH” dan ia pun berhasil memukul bola dan lari ke ‘base’.

Namun ketiganya belumlah kembali ke homebase
Kemudian Tuhan pun mengatakan kepada Bob, ‘keluarkan pemain bintang kita.” Dan masuklah “ANUGERAH” ke lapangan untuk memukul bola.

Setan berkata “Tampangnya tak terlihat hebat.” Tim Setan meremehkannya.

Maka bola pun dilemparkan, “Buuukkkkkkkk! O la la, “ANUGERAH” memukul bola lebih keras dari pemain-pemain sebelumnya. “ANUGERAH” memukul bola dengan kerasnya sampai-sampai bola melambung tinggi sekali dan tak terjangkau oleh pemain tim Setan… sampai akhirnya…. ‘home run’ !!!

Tim Tuhan menang.

Kemudian Tuhan bertanya kepada Bob, sekiranya dia tahu mengapa IMAN, HIKMAT ALLAH dan KASIH dapat mencapai base, namun tidak dapat memenangkan game, dan malah ANUGERAH yang melakukan. Bob menggeleng tidak tahu.

Tuhan pun lalu menjelaskan, “Jika kasihmu, imanmu dan hikmat Allah yang ada padamu berhasil memenangkan pertandingan, maka kau akan berpikir bahwa itu semua karena hasil usahamu sendiri. Kasih, iman dan hikmat Allah mampu membawamu ke base, tetapi tidak mampun membawamu pulang (home run), hanya anugerahKU yang mampu melakukannya. Hanya anugerahKu yang tidak dapat iblis curi”.
(sumber internet)
“Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus” (Efesus 4:7). Karunia Roh yang kita terima tidak dapat kita pilih karena Allah yang menentukannya seperti dalam 1 Korintus 12:11 dikatakan “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya” dan karena Allah tidak suka kemonotonan maka tidak ada 1 karunia yang semua orang dapat dan tidak ada 1 orang yang mendapat semua karunia, karena salah satu tujuan Allah adalah agar kita saling mengasihi dan saling bergantung satu sama lain.
Karunia-karunia yang kita miliki harus kita gunakan, karena karunia kita bisa melengkapi orang lain. Maka jika tidak digunakan akan merugikan orang lain dan sebaliknya jika orang lain tidak menggunakan karunia mereka mungkin kita juga yang akan dirugikan. So share your spiritual gifts^^. Namun ketika kita lupa akan kebenaran-kebenaran dasar tentang karunia ini akan muncul masalah di dalam Gereja, yaitu kecemburuan karunia dan proyeksi karunia. Masalah pertama terjadi ketika kita membandingkan karunia kita dengan karunia orang lain, merasa tidak puas dengan apa yang Allah berikan kepada kita, dan menjadi marah atau iri atas cara Allah menggunakan orang lain. Masalah yang kedua terjadi ketika kita berharap orang lain memiliki karunia-karunia kita, melakukan aoa yang kita dipanggil untuk melakukan, dan merasa terbeban seperti halnya kita.
Kadang kala karunia-karunia rohani terlalu ditekankan sehingga mengabaikan faktor-faktor lain yang Allah gunakan untuk membentuk Anda bagi pelayanan. Karunia-karunia anda mengungkapkan satu kunci untuk menemukan kehendak Allah namun belum merupakan gambar keseluruhan. Allah juga membentuk kita dengan 4 cara lainnya.

SHAPE: Mendengarkan Hati Anda
“Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu” (Amsal 27:19). Hati adalah sumber segala motivasi kita. Hati menunjukkan keadaan sebenarnya Anda bukan menurut pikiran orang lain atau pun situasi. Hati yang menentukan apa yang kita katakan, kita rasa, tindakan kita, dll.
Hati memiliki kata lain yaitu hasrat, dalam kenyataannya ada beberapa hal dalam hidup kita yang kita memiliki hasrat lebih dan tidak, dan ini yang menunjukkan sifat hati anda. Misalnya dalam keluarga aku tidak ada yang mahir bermain alat musik, walaupun semua suka musik, tetapi kenapa aku ada ketertarikan akan bermain musik, mungkin ini adalah minat yang Allah berikan untukku, sebagai bekal untuk pelayananku. “jangan hanya dihadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap gati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Efesus 6:6,7). Allah ingin kita melayani karena kerinduan bukan karena kewajiban.
Mungkin ada diantara kita bertanya-tanya, lalu bagaimana kita tahu bahwa kita sudah melayani Allah dengan hati kita? Ada 2 ciri yang cukup kuat yang dapat membantu kita untuk mengingat kembali motivasi utama pelayanan kita, yaitu: Antusiasme dan keefektifan. Ketika kita melakukan apa yang kita sukai, tidak perlu seorang pun memotivasi kita atau menantang kita untuk melakukannya. Kita melakukannya karena kesenangan saja. Kita tidak membutuhkan penghargaan, tepuk tangan, bayaran, dll karena kita senang melayani dengan cara ini. Sebaliknya, jika kita tidak tulus terhadap apa yang kita lakukan maka kita akan mudah mengeluh, putus asa, dll. Karakteristik kedua adalah keefektifan. Kapan pun kita melakukan apa yang Allah tetapkan bagi kita untuk senang melakukannya, hasilnya pun akan baik adanya. Hasrat yang kuat membawa pada kesempurnaan. Jika kita tidak pernah peduli akan suatu tugas, kita tidak akan menonjol dalam tugas itu.
Orang-orang sukses adalah orang-orang yang bekerja dengan hasrat kuat bukan karena kewajiban /keuntungan. Orang paling kaya di dunia pernah berkata,” Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan, daripada banyak harta disertai kecemasan.” Janganlaj kita pernah puas dengan kehidupan yang baik, jika belum memiliki tujuan hidup, yaitu melayani Allah dengan mengekspresikan hati kita. Pikirkan apa yang senang kita lakukan (Allah yang memberikan) dan lakukan hal tersebut untuk kemuliaanNya.

SHAPE: Menerapkan Kemampuan-Kemampuan Anda
“dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, untuk berbuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak, dan tembaga; untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan.” (Keluaran 31:3-5). Hal tersebut yang Allah berikan pada kita semua saat ini. Semua kemampuan berasal dari Allah, lalu apa yang membedakannya dengan spiritual gift? Kemampuan yang kita miliki diberikan pada saat kelahiran kita, dan menjadi salah satu tanggung jawab Gereja: mengenali dan melepaskan kemampuan kita untuk melayani Allah.
Setiap kemampuan dapat dipakai untuk memuliakan Allah. Paulus pernah berkata,” Apa pun yang saudara lakukan, lakukanlah itu untuk memuliakan Allah.” Lalu bagaimana caranya? Ada 4 cara yang dapat kita lakukan, yaitu:
Sadari semua kemampuan kita berasal dari Allah.
Gunakan bisnis / pekerjaan kita untuk melayani kebutuhan orang lain dan menyampaikan iman kepada yang belum percaya.
Kembalikan 10% sebagai bentuk penyembahan.
Tetapkan tujuan bukan untuk membangun kekayaan tetapi membangun Kerajaan Allah.
Apa yang mampu kita kerjakan, Allah ingin kita kerjakan. Kemampuan yang kita miliki merupakan petunjuk kuat apa yang Allah ingin kita lakukan dalam hidup ini. Dia mencocokan panggilan kita dengan kemampuan kita, dan apa pun keahlian kita, kita harus bekerja untuk Gereja kita!

SHAPE: Menggunakan Kepribadian Anda
Allah menyukai keberagaman, maka tidak ada satu orang pun yang sama di dunia ini. Semua dibuat untuk menciptakan suatu kombinasi yang saling melengkapi, seperti ada orang yang ekstrovert ada yang introvert, ada seorang pemikir ada seorang perasa, ada yang cerewet ada yang pendiam, dll. “Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.” (1Korintus 12:6). Jika kita melihat lebih detil dalam Alkitab kita bisa melihat bahwa Petrus adalah seorang sanguin, Paulus kolerik, Yeremia seorang melankolik, maka bukanlah hal yang aneh jika terkadang muncul konflik di antara mereka.
Jika kita bertanya, mana kepribadian yang cocok untuk pelayanan maka jawabannya adalah tidak ada tempramen yang benar maupun salah dalam pelayanan, karena kita harus dapat menyeimbangkannya. Bayangkan apa jadinya dunia ini jika semua orang sama, bosan tentunya. Kepribadian kita mempengaruhi bagaimana dan di mana kita menggunakan karunia-karunia rohani dan kemampuan kita. Jika kita dipaksa untuk melayani dengan cara yang tidak cocok dengan kepribadian kita akan muncul ketegangan, ketidaknyamanan, membutuhkan tenaga ekstra, dan hasil yang kurang dari yang terbaik. Maka hendaklah kita jangan suka meniru pelayanan orang lain karena suguh tidak akan pernah berhasil karena you are you bukan dia. Kita boleh meneladani orang lain, tapi harus disaring sesuai dengan SHAPE kita masing-masing. Ketika kita melayani sesuai kepribadian yang Allah berikan kepada kita, kita akan mengalami kepenuhan, kepuasan, dan buah.

SHAPE: Memanfaatkan Pengalaman-Pengalaman Anda
Allah memberikan kita pencobaan-pencobaan, karena Ia mengijinkan pengalaman-pengalaman yang akan kita miliki untuk membentuk kita. C.S Lewis pernah berkata,” Penderitaan adalah megafon Allah.” Setidaknya ada 6 jenis pengalaman dari masa lalu, yang dapat kita manfaatkan:
Pengalaman-pengalaman keluarga: Apa yang kita pelajari ketika bertumbuh di keluarga kita?
Pengalaman-pengalaman pendidikan: Pelajaran-pelajaran apa yang paling kita sukai di sekolah?
Pengalaman-pengalaman pekerjaan: Dalam pekerjaan-pekerjaan apa kita paling efektif dan paling nikmati?
Pengalaman-pengalaman rohani: Waktu manakah yang merupakan waktu-waktu kita yang paling berarti bersama Allah?
Pengalaman-pengalaman pelayanan: Bagaimana kita melayani Allah pada masa lalu?
Pengalaman-pengalaman yang menyakitkan: Dari masalah-masalah, luka hati, penderitaan, dan pencobaan apakah kita telah belajar?
Memanfaatkan pengalaman adalah kategori terakhir yang paling Allah gunakan untuk menyiapkan kita untuk pelayanan. Pelayanan terbesar kita mungkin berasal dari luka batin terbesar kita. Dalam Korintus ada dikatakan,”Ia menguatkan batin kami dalam setiap kesukaran yang kami alami, suapaya dengan kekuatan yang kami terima dari Allah itu, kami pun dapat menguatkan batin semua orang yang dalam kesusahan.” Seorang mantan pecandu narkoba, akan lebih mudah membantu orang-orang yang ingin berhenti dari narkoba, dibandingkan dengan kita yang tidak pernah mengetahui sama sekali.
Jik kita benar-benar rindu untuk dipakai Allah maka pengalaman paling gelap dan kelam itu harus digunakan untuk pelayanan kita. Kita harus mau bersedia untuk share dan berhenti untuk menutup-nutupinya, jujur jika salah, akui kegagalan, dan ketakutan kita. Dalam 2 Korintus 1:8-10 dikatakan “Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,” pada ayat ke-10 jadi teringat akan 5 batu yang Dauh gunakan, di mana salah satunya adalah batu masa lalu, kita harus seperti Daud yang memiliki kepercayaan yang begitu besar kepada Allah kita. Aldous Huxley berkata,”Pengalaman bukanlah apa yang terjadi pada kita tetapi apa yang kita lakukan dengan apa yang terjadi pada kita,” dan ingatlah selalu untuk menggunakannya sebagai pelayanan kita. Romo Eddy pernah berkata jika kita menghadapi suatu masalah besar, jangan lari karena masalah itu begitu besar but think the opposite masalah ini begitu besar, sayang jika ditinggalkan and just believe that our Father knows the BEST for us.
(taken from “Purpose of Driven Life” Rick Warren Day 30 and 31)